TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Bidang Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Kementerian Keuangan Rofiyanto Kurniawan mengatakan hingga saat ini akan ada dua asumsi makro yang diubah dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan 2015. Kedua asumsi tersebut adalah kurs rupiah dan harga minyak mentah Indonesia (Indonesia crude price).
“Kalau melihat kondisi saat ini, dua itu saja yang harus di-adjust,” tutur Rofiyanto di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta, Rabu, 3 Desember 2015. Sedangkan untuk asumsi pertumbuhan ekonomi, pemerintah masih akan menjaganya di angka 5,8 persen. (Baca: Rupiah Ikuti Pelemahan Kurs Regional)
Sayangnya, Rofiyanto menolak menyebutkan berapa perubahan kedua asumsi tersebut. “Yang jelas kan sekarang harga minyak sedang turun dan rupiah sudah tembus Rp 12.000,” ucapnya.
Dalam APBN 2015 disepakati asumsi makro dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen, inflasi 4,4 persen, tingkat suku bunga SPN 3 bulan 6 persen, nilai tukar Rp 11.900 per dolar AS. Selain itu juga disebutkan harga ICP minyak US$ 105 per barel, lifting minyak 900 ribu barel per hari serta lifting gas 1.248 ribu barel per hari setara minyak.
Berdasarkan asumsi tersebut, pendapatan negara disepakati sebesar Rp 1.793,6 triliun dan belanja negara sebesar Rp 2.039,5 triliun. Sementara defisit anggaran mencapai Rp 245,9 triliun atau 2,21 persen dari produk domestik bruto. (Baca: Jokowi Akan Gunakan RAPBN 2015)
TRI ARTINING PUTRI
Berita terpopuler:
Tip PT Sritek Bayar Listrik dan BBM Murah
BPK Temukan Kerugian Negara Rp 25,74 Triliun
MEA, Vietnam Pesaing Berat di Industri Farmasi