TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil mengatakan rencana pembangunan instalasi pengolahan minyak atau kilang selalu tersendat karena banyak pihak yang menolak. "Itu rencana lama, tapi tidak dilaksanakan. mungkin banyak orang yang tidak menginginkan," kata Sofyan di kantornya, Senin malam, 1 Desember 2014. (Baca juga: Anggaran Tipis, ESDM Gandeng Swasta Bangun Kilang)
Namun Sofyan enggan menjelaskan siapa saja yang menolak pembangunan kilang. Dia hanya mengatakan tingginya impor minyak disebabkan oleh tidak adanya kilang yang berkualitas. Selain itu, pemerintah tidak mampu membangun kilang yang menghasilkan minyak berkualitas tinggi. "Banyak kilang yang tidak efisien, sehingga ditutup," ujarnya.
Sofyan mengatakan rata-rata usia kilang nasional 40-50 tahun. Bahkan, kata dia, kilang yang paling muda dan masih beroperasi sudah berusia 20 tahun. "Kilang-kilang kita sudah lama perlu diremajakan." (Baca juga: Bisnis Gurih Kilang Mini)
Dengan kondisi itu, Sofyan melanjutkan, biaya pengolahan kilang Pertamina seperti di Cilacap, Balikpapan, dan Balongan sangat mahal. Di sisi lain, produk yang dihasilkan kilang-kilang itu berkualitas rendah. Rata-rata kemampuan cracking atau perengkahan di kilang nasional baru 9, "Padahal yang terbaik itu 11," katanya.
Karena itu, Sofyan mengajak pihak swasta menanamkan investasi dalam pembangunan kilang. Namun dia mengakui bahwa rencana tersebut tidak mudah. Meremajakan kilang, kata dia, memerlukan waktu 2-3 tahun. "Itu paling cepat," ucapnya. (Baca juga: Hatta Rajasa: Peminat Kilang Itu Lagi Itu Lagi)
JAYADI SUPRIADIN
Berita Terpopuler
Fahrurrozi, Gubernur Jakarta Tandingan Versi FPI
FPI Pilih Gubernur Jakarta Fahrurrozi. Siapa Dia?
Jokowi Larang PNS Priyayi, Meme Lucu Bertebaran