TEMPO.CO, Jakarta - Laju indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia mungkin masih terhambat aksi tunggu (wait and see) yang dilakukan investor. Menurut analis BNI Securities, Thendra Chrisnanda, investor masih terus menunggu realisasi rencana kenaikan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Hingga medio November, kata Thendra, ketidakjelasan kebijakan harga BBM memicu kekhawatiran investor akan terjadinya gejolak sosial yang lebih luas. “Kecemasan ini membuat sebagian investor kian pesimistis melakukan aksi beli,” ucapnya. (Baca: IHSG Dipicu Jokowi, Dihadang Isu BBM )
IHSG bergerak stagnan di level 5.048-5.049 selama dua hari menjelang akhir pekan kedua November 2014 akibat belum munculnya sentimen baru dari dalam dan luar negeri. Investor yang masih ragu melakukan perdagangan memilih menunggu.
Thendra mengatakan sebagian investor khawatir akan prospek saham jangka pendek seusai kenaikan harga BBM. Valuasi harga saham yang dinilai sudah terlampau tinggi bila dibandingkan dengan kondisi fundamental ekonomi dalam negeri membuat IHSG rawan dilanda aksi ambil untung. “Setelah kenaikan harga BBM, rasio price/earning yang sudah 19 kali terbilang sangat premium, sehingga begitu rawan terkena profit-taking,” katanya. (Baca: Aksi Jokowi di APEC Dorong Indeks Saham)
Untuk menghindari kerugian, Thendra mengusulkan investor tidak melakukan aggressive buying (aksi beli secara agresif) dalam waktu dekat. Namun demikian, bila ingin melakukan perdagangan terbatas, investor tetap boleh memperhatikan saham-saham lapis kedua.
Dengan kecenderungan pada awal pekan, IHSG diperkirakan bergerak pada kisaran level 5.001-5.095. “Sebaiknya memang tetap mengambil posisi wait and see,” tutur Thendra.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Jokowi Kenalkan Blusukan di Forum G-20
Kasus Shabu Unhas, Nilam Dikenal Temperamental
Sarwono: Ada Calon Ketum Golkar yang Pro-Jokowi