TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Institute for Development Economy and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati mengatakan agenda yang dibawa oleh Presiden Joko Widodo dalam pertemuan G-20 akan sama seperti di forum Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Pasific Economi Coorporation (APEC). "Intinya Pak Jokowi akan meyakinkan asing untuk berinvestasi di Indonesia," kata Enny saat dihubungi Tempo pada Jumat, 14 November 2014.
Menurut Enny, Indonesia yang akan menjadi good governace dapat menjadi tawaran presiden dalam meyakinkan investor untuk menanamkan modalnya. (Baca: Jokowi Promosi Visi Maritim)
Menurut Enny, presiden dalam menarik investor asing perlu memperhatikan sektor mana saja yang bisa ditawarkan. Pidato presiden di dalam pertemuan APEC perlu dikoreksi, karena terlalu membuka peluang bagi investor asing. "Bukannya perekonomian Indonesia tak membutuhkan asing," kata dia.
Menurut Enny, pertemuan G20 serta pertemuan lainnya, presiden perlu melihat sektor mana saja yang dapat diberikan kepada asing atau tidak. Jika itu sektor manufaktur silakan, karena dapat membantu pertumbuhan daya saing perekonomian dalam negeri. "Jika sektor strategis itu tak bisa, katanya mau mandiri" kata Enny.
Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono, kata Enny, banyak yang menilai melakukan kebijakan ekonomi yang liberal, dengan membuka peluang bagi asing di Indonesia. Sekarang, pemerintahan Joko Widodo yang ingin melakukan ekonomi kerakyataan perlu belajar dari pemerintahan sebelumnya. "Kalau dibuka semua untuk asing, kapan sampainya kepada rakyat," katanya. (Baca: G-20, Jokowi Harus Perhatikan 3 Syarat Ini)
Presiden Joko Widodo, kata Enny, perlu mencontoh kepada Bung Karno dalam menjalin hubungan dengan negara lain. Alasannya, Presiden Pertama Indonesia, dapat berkomunikasi dengan negara lain tanpa memperlihatkan negara sedang membutuhkan dana pembangunan. "Pak Karno dapat berinteraksi sangat cantik," katanya.
SAID HELABY
Baca juga:
Menteri Anies Sidak Penerapan Kurikulum 2013
Jennifer Lopez Selektif Pilih Pasangan
Ahok: Beda Gubernur dan PLT Hanya Rp 1 Juta
Kontras: Jangan Bubarkan FPI, tapi Larang Aksinya