TEMPO.CO, Jakarta - Melambatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia membuat rupiah kembali terjungkal. Dalam transaksi pasar uang pada Rabu, 5 November 2014, rupiah turun 52 poin (0,43 persen) ke level 12.162 per dolar Amerika Serikat.
Rupiah sempat stabil pada kisaran 12.110 per dolar dalam pembukaan perdagangan, namun langsung terperosok setelah Badan Pusat Statistik mengumumlan rilis data pertumbuhan ekonomi. (Baca: Perdagangan Tengah Pekan, Indeks Saham Melesat)
Analis PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,01 persen, atau berada di bawah konsensus analis yang memperkirakan ekonomi tumbuh pada kisaran 5,2 persen di kuartal ketiga. "Data ini langsung memicu aksi jual di pasar keuangan, termasuk rupiah."
Badan Pusat Statistik mencatat produk domestik bruto Indonesia tumbuh 5,01 persen di triwulan ketiga 2014 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya 5,12 persen (year-on-year). Ini merupakan pertumbuhan yang terendah sejak krisis finansial global pada 2009. (Baca: Pembukaan Perdagangan, Indeks Saham Merosot)
Menurut Lukman, perlambatan ekonomi membuat investor asing enggan berinvestasi di Indonesia. Ekonomi hanya tumbuh sedikit di atas 5 persen. Bila tak ada kebijakan yang tepat, dikhawatirkan laju ekonomi bisa turun hingga 4 persen. "Pasar kini berharap pada langkah apa yang akan dilakukan tim ekonomi kabinet," katanya.
Pada hari ini, 6 November 2014, rupiah masih akan berada pada kisaran 12.100-12.200 per dolar AS.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Dukung Persib Vs Arema, Ridwan Kamil Buka Baju
KPK Endus Modus Baru Koruptor, Apa Saja?
Tiga Perilaku Aneh Pembunuh Dua TKI Indonesia