TEMPO.CO, Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia melesat satu jam setelah pembukaan perdagangan hari ini, 5 November 2014. Setelah melemah dalam perdagangan sehari sebelumnya, indeks seolah-olah mendapat semangat baru karena mampu melaju dengan signifikan.
IHSG dibuka pada level 5.075,244. Angka ini naik 0,08 persen dibanding penutupan pada Selasa, yakni 5.070,94. Indeks kemudian melesat ke level tertinggi, 5.086,089. Level terendah yang dicapai pada satu jam pertama 5.072,761. Nilai perdagangan mencapai Rp 1,14 triliun dengan volume 1,08 miliar lembar saham. (Baca: Kemarin, Pembukaan Perdagangan Indeks Saham Merosot)
Indeks kini meninggalkan zona merah, meski sebelumnya banyak kalangan yang pesimistis terhadap prospek perdagangan sepanjang pekan pertama November 2014. Sehari sebelumnya, mayoritas sektor melemah dan hanya saham keuangan, properti, dan konsumsi yang melenggang positif.
Menurut Kepala Riset Panin Sekuritas Purwoko Sartono, tidak adanya sentimen positif baru membuat investor condong melanjutkan aksi tunggu. Rilis data ekonomi bulanan dari Badan Pusat Statistik dianggap tidak memenuhi ekspektasi. Neraca perdagangan September yang kembali defisit di level US$ 270,3 juta dan inflasi Oktober sebesar 0,47 persen membuat sebagian investor melepas saham. “Publikasi emiten selesai, indeks pun kembali fokus pada kenaikan harga BBM,” katanya saat dihubungi Tempo. (Baca: ICP Turun, Harga BBM Bersubsidi Tetap Naik)
Purwoko menyarankan investor membeli saham-saham bluechip, seperti Gudang Garam, Astra International, Bank Mandiri, Indofood, dan Bank BRI. Sebab, secara historis, walau terkoreksi pada awal November, laju indeks biasanya akan naik menjelang pergantian bulan. Menjelang window dressing pada Desember, indeks biasanya akan mengalami koreksi pada awal November. "Setelah itu, indeks akan melaju hingga akhir tahun,” ujarnya.
Ketidakpastian rencana kenaikan harga BBM bersubsidi yang terus berlangsung membuat indeks masih akan cenderung bergerak konsolidatif pada rentang 5.025-5.120. Karena itu, investor disarankan mengakumulasi saham-saham emiten perikanan dan perkapalan dalam jangka panjang. Soalnya, hal itu menjadi imbas prioritas kerja pemerintah Presiden Joko Widodo pada sektor maritim. (Baca: Pengamat: Pasar Tunggu Kerja Tim Ekonomi).
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
3 Jagoan Intel Ini Calon Kuat Kepala BIN
Kata Jokowi, Informasi BIN Sering Meleset
Menteri ESDM Copot Dirjen Migas