TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, mengatakan reaksi pasar terhadap dilantiknya Sofyan Djalil sebagai Menko Perekonomian dirasa kurang baik. Ini karena Sofyan dinilai lebih berpengalaman di bidang ekonomi mikro.
"Pasar nampaknya kurang sreg, terhadap Menko saat ini," kata Lana saat dihubungi Tempo pada, Senin, 27 Oktober 2014. (Baca: Berapa Skor Kabinet Jokowi Menurut KADIN?)
Menurut Lana, pengalaman Sofyan sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara periode 2007-2009, lebih bersifat di ekonomi mikro. Sedangkan posisi menko perekonomian lebih ke ekonomi makro. Hal ini yang membuat pasar sedikit khawatir.
"Koordinator lebih luas cakupannya, bagaimana menghadapi kebijakan The Fed, pengendalian inflasi dan lainnya."
Sofyan Djalil, kata Lana, dapat membuktikan kredibilitasnya terhadap pasar dalam menanggulangi tingkat inlfasi akibat dari kenaikan harga BBM. Jika nilai inflasi lebih rendah dari perhitungan pengamat selama ini, kata Lana, Sofyan dapat membalikan sentimen pasar saat ini. "Jika berhasil akan meningkatkan kepercayaan pasar."
Sofyan Djalil pernah menjabat Menteri Komunikasi dan Informasi pada 2004-2007. Setelah itu, pria asal Aceh tersebut ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Menteri Badan Usaha Milik Negara pada 2007-2009.
Pria kelahiran 1953 ini adalah sarjana hukum Universitas Indonesia. Dia memperoleh gelar Doctor of Philosophy di bidang hukum dari Tufts University, Amerika Serikat. Sofyan juga merupakan salah satu pengajar di program pascasarjana hukum di Universitas Padjadjaran.
SAID HELABY
Baca juga:
Kabinet Kerja Diisi 8 Perempuan dan 26 Pria
Jokowi Persilakan Menteri Jonan Tidur di Kapal
Indroyono: Maritim Jadi Andalan Presiden Jokowi
Cara JK Mengimbangi Langkah Cepat Jokowi