TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang lengser dari jabatannya sebagai Menteri Perindustrian, M.S. Hidayat menyatakan masih banyak pekerjaan rumah yang belum dia selesaikan selama lima tahun masa jabatannya. Pekerjaan rumah yang belum tuntas itu, antara lain, pembangunan petrochemical industrial estate di Bintuni, Papua Barat.
Padahal, dalam proyek ini sudah ada dua investor asing yang menaruh minat menanamkan investasi Dua investor itu adalah Ferostaal dari Jerman dan LG dari Korea Selatan. Namun, akibat pasokan gas untuk industri tak pasti, dua investor asing itu belum menanamkan modal mereka. "Kami membutuhkan suplai gas untuk 2017. Itu belum terjawab alokasinya. Dalam seminggu ini masih terus saya perjuangkan," kata Hidayat di Jakarta, Selasa, 14 Oktober 2014.
Selain proyek di tanah Papua itu, Hidayat masih mempunyai pekerjaan rumah menyusun Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN). Kata Hidayat, penyusunan RIPI sudah memasuki tahap pembahasan rancangan peraturan pemerintah (RPP).
Menurut Hidayat, pembahasan RPP melibatkan kementerian lain. Karena itulah pembahasan menjadi alot, sehingga membutuhkan waktu yang lama. Padahal ia menargetkan pembuatan RPP ini bisa kelar enam bulan sejak dibahas pada Februari lalu. "Itu yang menurut saya, namun sampai 20 Oktober nanti belum bisa selesai," ujarnya.
Program revitalisasi dan penambahan pabrik gula juga menjadi pekerjaan rumah Hidayat yang belum selesai. Proyek itu terhambat masalah pembebasan lahan. Kementerian Perindustrian belum bisa mendapatkan lahan meskipun sudah beberapa kali berkoordinasi dengan Kementerian Kehutanan. (Baca : Ferrostaal Bangun Pabrik Petrokimia di Papua Barat)
Soal ketersediaan lahan menjadi masalah yang sulit karena satu industri gula saja membutuhkan 15-20 ribu hektare untuk ladang tebu dan lahan. Program revitalisasi dan penambahan pabrik gula rencananya dijalankan di luar Jawa. "Baru ada kira-kira satu-dua investor yang sudah mendapatkan lahan. Investornya semua dari Indonesia," ujarnya.
Sedangkan realisasi investasi Foxconn, kata dia, hingga kini masih maju-mundur. Hidayat menyatakan sudah tak terlalu berharap lagi. Pemerintah sebenarnya sudah menyediakan hampir semua kebutuhan yang diinginkan Foxconn. Namun, kenyataannya, hingga kini Foxconn tak kunjung merealisasikan investasinya di Indonesia. "Hanya satu yang tak bisa kami penuhi: lahan gratis," ujarnya. (Baca : Pssst... Bakal Ada Pesaing Investasi Foxconn)
Atas permintaan lahan gratis ini, Kementerian Perindustrian menyarankan Foxconn bekerja sama dengan swasta atau badan usaha milik negara yang bisa menyediakan lahan. Sebagai gantinya, Foxconn memberikan saham kepada perusahaan penyedia lahan tersebut. "Mereka tak menjawab atas tawaran ini. Kalau begitu, kami konsentrasi yang sudah serius saja, seperti Samsung," ucapnya.
AMIR TEJO
Berita Terpopuler
Pendiri Facebook Temui Jokowi, VOA Islam Berang
Komentari FPI, Megawati Ditanya Balik
3 Orang Ini Calon Kuat Jaksa Agung Kabinet Jokowi