TEMPO.CO, Jakarta - Analis pasar valuta asing, Lindawati Susanto, memperkirakan rupiah masih akan bertengger di level 12.200 per dolar Amerika, sampai menjelang pelantikan presiden terpilih Joko Widodo. "Dengan tekanan yang begitu besar dari penguatan dolar, pelantikan Jokowi akan membuka kembali harapan pasar," katanya.
Pada perdagangan Selasa, 14 Oktober 2014, rupiah melemah 5 poin (0,04 persen) ke level 12.206 per dolar Amerika. Dolar sedikit melemah terhadap mata uang Australia dan euro, namun di pasar berkembang mata uang negara Abang Sam terus diburu sebagai alat untuk mengamankan aset. (Baca juga: Perdagangan Saham Berpeluang Mencetak Rebound)
Pelantikan Jokowi, kata Lindawati, akan menjadi momentum bagi investor asing untuk masuk kembali ke pasar keuangan Indonesia. Selama dua bulan terakhir, rupiah terus melemah hingga menembus level 12.000 per dolar akibat aksi jual investor asing menyusul kegaduhan politik yang terus terjadi di parlemen.
Menurut Lindawati, kondisi ekonomi global saat ini cenderung menguatkan posisi dolar karena pelaku pasar lebih tertarik berinvestasi di AS. Ekonomi AS mulai tumbuh, tetapi tidak diimbangi dengan pemulihan ekonomi Cina, Jepang, dan Eropa. (Baca juga: 5 Tip Main Saham dalam Kondisi Gonjang-ganjing)
Harga komoditas terus merosot dalam beberapa bulan terakhir sehingga merugikan negara-negara eksportir seperti Indonesia. Padahal dengan nilai tukar dolar yang tinggi, ekspor komoditas seharusnya bisa meningkatkan devisa.
Lindawati ragu rupiah bisa kembali ke level 11.700-11.900 per dolar dalam waktu dekat. Target realistis bagi rupiah adalah tidak melemah lebih dari 12.200 per dolar. "Pasar melihat dan menunggu apa kebijakan 100 hari Jokowi dan siapa orang-orang yang mengisi kabinet," katanya.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Pendiri Facebook Temui Jokowi, VOA Islam Berang
Komentari FPI, Megawati Ditanya Balik
3 Orang Ini Calon Kuat Jaksa Agung Kabinet Jokowi