TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengatakan adanya arus modal keluar atau outflow sebanyak Rp 9,95 triliun pada Kamis, 9 Oktober 2014, lebih banyak disebabkan oleh rencana bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve, menaikkan suku bunga. Rencana tersebut membuat investor asing masih berada dalam posisi jual. Selain itu, faktor lainnya adalah rencana presiden terpilih Joko Widodo yang akan menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi. (Baca: Dana Asing Mulai Kabur, Indeks Saham Kolaps)
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia Ito Warsito mengatakan target rata-rata transaksi harian diturunkan dari Rp 7 triliun menjadi Rp 6 triliun. Selain itu, Ito mengatakan saat ini terdapat 18 emiten baru. Sedangkan, apabila dihitung dengan yang sedang berproses, ada 25. "Iya, di bawah target," ujar Ito. Namun ia optimistis tahun depan dapat mencapai target 30-35 emiten baru. (Baca: Minim Sentimen Negatif, Indeks Naik 8 Poin)
Menurut Ito, penyebab menurunnya target transaksi harian dan jumlah emiten yang melantai di bursa karena kondisi politik di Tanah Air yang kurang mendukung.
Satrio menjelaskan kondisi politik yang kurang mendukung (dikuasainya parlemen oleh koalisi Prabowo) tidak terlalu mempengaruhi arus modal keluar. "Mereka (anggota parlemen) hanya memperburuk keadaan dari kondisi perekonomian global yang sedang terpuruk," tuturnya.
Indonesia, kata Satrio, masih memiliki potensi untuk bisa menarik arus modal yang keluar. Hal itu bisa dilihat dari menghijaunya indeks Dow Jones Industrial. "Kalau besok para investor berada dalam posisi beli, sampai akhir Oktober, besar kemungkinan arus modal yang keluar bisa ditarik lagi," kata Satrio.
GANGSAR PARIKESIT
Berita Terpopuler
Novel FPI Menyerahkan Diri ke Polda Metro Jaya
Seusai Geger MPR, Mega-SBY Kunci Stabilitas Politik|
FPI: Ahok Tak Akan Bisa Bubarkan Kami
Nazaruddin: Ibas Terima Duit Korupsi Wisma Atlet
Bantah Jokowi, KSAD Pamer Leopard Tak Rusak Jalan