TEMPO.CO, Jakarta - Gejolak politik menjelang pemilihan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat anjlok. Rupiah yang minim dukungan sentimen positif terus melemah hingga melampaui level 12.000. Selain gejolak politik di dalam negeri, data terbaru tentang pertumbuhan tenaga kerja di Amerika Serikat membuat kurs dolar terhadap sejumlah mata uang menguat. (Baca: Investor Tunggu Sikap Politik Megawati)
Pada pukul 13.00 WIB, rupiah tercatat terkoreksi 31,5 poin (0,26 persen) ke level Rp 12.209 per dolar. Laju rupiah justru tampak menjauhi arah sebagian kurs regional yang bergerak positif terhadap dolar. Rupee menguat 0,24 persen ke level 61,61 per dolar, sementara yen naik 0,20 persen menjadi 109,54 per dolar. (Baca: Rupiah Jeblok Bila Koalisi Prabowo Kuasai MPR)
Ekonom dari PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta, membenarkan rupiah tertekan penguatan dolar yang terjadi di pasar global akibat membaiknya data tenaga kerja pada September ke level 248 ribu. Selain membuat tingkat pengangguran di Amerika Serikat menurun ke level 5,9 persen, perbaikan data memicu level indeks dolar naik hingga ke atas 86. “Tekanan terhadap rupiah terdorong sentimen penguatan dolar,” tuturnya. (Baca: Investor Cemaskan Kondisi Politik, Rupiah Merosot)
Di sisi lain, rupiah masih terbebani sentimen politik dalam negeri yang belum menunjukkan perbaikan. Pemilihan Ketua MPR yang kembali memanas, menurut Rangga, membuat tekanan terhadap rupiah semakin terjaga.
MEGEL
Berita Terpopuler
Koalisi Prabowo Diklaim Dukung Perpu Pilkada
Unjuk Rasa Berakhir Ricuh, FPI Salahkan Ahok
Ini Profil Nurhayati Calon Ketua MPR dari Demokrat