TEMPO.CO, Jakarta - Pasar saham dan valuta asing bereaksi negatif atas kekalahan koalisi partai pendukung presiden terpilih Joko Widodo dalam perebutan kursi pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat pada Kamis dinihari, 2 Oktober 2014. "Meski tidak terlalu besar pengaruhnya, para investor berada pada posisi menjual (rupiah)," ujar pengamat pasar modal, Satrio Utomo, Kamis, 2 Oktober 2014. Total transaksi mencapai Rp 166 miliar hingga pukul 10.00 WIB tadi
Hari ini, ujar Satrio, perdagangan valuta asing diperkirakan akan melonjak hingga Rp 700 miliar lebih. Angka transaksi ini naik dibanding hari biasanya sekitar Rp 500 miliar. (Baca: Bursa Global Koreksi, IHSG Anjlok 1,88 Persen)
Senada dengan itu, analis dari Woori Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, menuturkan sentimen negatif ditunjukkan oleh pelaku pasar karena kekhawatiran terhadap penjegalan program-program pemerintahan Jokowi. "Pelaku pasar merespons negatif hasil pimpinan DPR di Senayan," katanya, Kamis, 2 Oktober 2014. (Baca: UU Pilkada Bisa Melemahkan Kurs Rupiah)
Rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat akhirnya mengesahkan paket pimpinan DPR periode 2014-2019. Keputusan itu diambil secara aklamasi lantaran hanya ada satu paket pimpinan. Paket pimpinan disahkan setelah masing-masing fraksi mengusulkan formasi paket pimpinan yang terdiri atas lima orang dari fraksi yang berbeda.
Posisi Ketua DPR diisi Setya Novanto dari Partai Golongan Karya. Sementara itu, kursi Wakil Ketua DPR diisi Agus Hermanto dari Partai Demokrat, Taufik Kurniawan dari Partai Amanat Nasional, Fadli Zon dari Partai Gerakan Indonesia Raya, dan Fahri Hamzah dari Partai Keadilan Sejahtera.
Selain di pasar uang, sentimen negatif menyelimuti pasar saham di bursa Jakarta. Indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia pada penutupan perdagangan sesi pertama anjlok 96,692 poin (1,88 persen) ke level 5.044,221. Saham yang ditransaksikan sebanyak 2,29 miliar lembar senilai Rp 3,1 triliun. Asing mencatat penjualan bersih Rp 650 miliar.
Melemahnya indeks saham, selain dipengaruhi faktor internal, akibat koreksi tajam di bursa regional. Pelemahan indeks saham global dipicu oleh kekhawatiran virus ebola masuk ke Amerika Serikat, demo besar di Hong Kong, dan melemahnya kinerja manufaktur Jerman ke bawah level 50. "Bursa komoditas nikel dan CPO turut melemah masing-masing 1,3 persen dan 1 persen," kata Aiza, analis dari PT Samuel Sekuritas Indonesia.
AMOS SIMANUNGKALIT | M. AZHAR
Berita Terpopuler
FBR Geruduk DPRD Tolak Ahok Jadi Gubernur DKI
Pimpinan DPR Dikuasai Pro-Prabowo, Puan: Zalim
Setya Novanto Cs Jadi Pimpinan DPR, PDIP Kalah 2-0
SBY Pahami Keputusan Walk Out Demokrat
SBY Klaim Jokowi Tawarkan Demokrat Bergabung