TEMPO.CO , Jakarta - Rupiah melemah sepanjang perdagangan mata uang, Kamis, 25 September 2014. Kurs rupiah akhirnya menurun 29,5 poin (0,25 persen) ke level 11.983 per dolar Amerika Serikat. (Baca: Rupiah Butuh Pendorong Baru).
Analis valuta asing Bank Mandiri, Reny Eka Putri, mengatakan rupiah memang kembali tertekan penguatan dolar. Dolar yang merespons naiknya laporan new home sales, membuat investor beralih kembali pada aset yang bernilai aman (safe haven). “Penguatan dolar memang didorong data penjualan rumah terbaru,” katanya, kemarin.
Kondisi politik di dalam negeri dianggap Reny juga mempengaruhi pelemahan rupiah. Polemik Pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah membuat investor khawatir akan stabilitas politik pemerintahan ke depan. “Polemik pembahasan RUU Pilkada membangun ketidakpastian baru prospek stabilitas politik,” tuturnya.
Pada akhir pekan, tanpa kehadiran sentimen positif baru, rupiah masih sulit konsisten bergerak menguat. Reny memprediksi rupiah akan bergerak pendek dalam rentang 11.900-12.000 per dolar. Angka klaim pengangguran mingguan yang diprediksi bertambah menjadi 294 ribu orang, menambah sentimen negatif laju rupiah. (Baca: Bagi Investor Jangka Pendek: Waspadalah!).
Menurut Reny, investor juga terus memperhatikan bursa calon menteri yang sedang beredar. Minimnya nama-nama calon menteri dari kalangan profesional murni, membuat investor memilih bersikap menunggu terlebih dulu.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Wartawati Tempo Dilecehkan Simpatisan FPI
Soal Gantung Diri di Monas, Anas: Siapa Bilang?
Adnan Buyung: Jaksa Penuntut Anas Bodoh
6 Orang Mati, Vonis Anas, dan Skandal Hambalang