TEMPO.CO, Jakarta - Sutomo Gunawan, importir Lotus Singapore Ltd, mengatakan sejumlah transaksi di Bursa Komoditi Derivatif Indonesia dinilai tidak transparan. BKDI ditunjuk Kementerian Perdagangan sebagai otoritas bursa timah sejak Agustus 2013. Namun, perdagangan timah di BKDI mengalami lesu darah sejak harga timah di bursa London Timah (LME) menukik hingga US$ 20.897 per ton. Adapun harga terendah BKDI adalah US$ 21.500. Akibatnya, hampir dua pekan tidak ada transaksi di BKDI.
Namun, menurut Sutomo, sepinya transaksi hanya terlihat di layar transaksi BKDI. Di balik itu ada perdagangan antara penjual dan pembeli yang pencatatannya dilakukan belakangan. Transaksi ini disebut bonafide trade. Dengan fasilitas BKDI ini eksportir tetap bisa berjualan. Namun, tidak semua anggota BKDI mendapatkan fasilitas ini. "Hanya segelintir perusahaan," kata Sutomo, Senin, 22 September 2014.
Transaksi bonafide trade itu terungkap dalam situs International Tin Research Institute, yang menyebutkan ada penjualan 1.150 ton dari eksportir anggota BKDI pada 11 September. Sampai Kamis, 18 September 2014, penjualan ini belum tercatatkan di BKDI. (Tertekan Bursa London, Bursa Timah Sepi Transaksi)
Sutomo menilai bonafide trade untuk menyiasati harga timah BKDI yang dipatok lebih tinggi ketimbang harga LME. Harga BKDI dipatok lebih tinggi untuk mencitrakan BKDI menguntungkan bagi eksportir. "Transaksinya abal-abal," ujar Sutomo yang juga anggota BKDI. Anggota yang mengantongi fasilitas ini adalah eksportir kelas kakap di BKDI.
Direktur Equilibrum Komoditi Berjangka Ibrahim mengatakan sulit ada transaksi di BKDI jika harganya lebih tinggi dari LME. Alasannya semua pembeli di BKDI adalah trader yang akan menjual kembali timahnya dengan patokan LME.
Presiden Komisaris BKDI Fenny Widjaja membenarkan adanya fasilitas bonafide trade meski dia membantah itu sebagai permainan kotor. Semua penjual timah anggota BKDI dapat memperoleh fasilitas bonafide trade. "Asalkan memenuhi syarat," katanya. Adapun sepinya transaksi, menurut Fenny, bukan situasi yang perlu dirisaukan. "Tidak ada transaksi karena pembeli pasti mencari harga termurah," katanya.
AKBAR TRI KURNIAWAN
Terpopuler:
Fahri Hamzah: Jokowi Kayak Enggak Pede
Menteri Agama Tak Setuju Perubahan Nama
J. Kristiadi: Trah Keluarga Bikin Parpol Busuk
Polwan Cantik Menyamar Jadi Korban Trafficking
Jokowi Pastikan Ubah APBN 2015