TEMPO.CO, Jakarta - Harga daging impor dari Australia diperkirakan bakal naik 20-30 persen. Menurut Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Partogi Pangaribuan, kenaikan harga daging dipicu oleh melonjaknya permintaan daging Amerika Serikat dan Cina. Akibatnya, terjadi persaingan harga di antara sesama importir. "Banyak pesanan dari Amerika Serikat dan Cina sehingga rebutan pasar di Australia," kata Partogi di Jakarta, Jumat, 19 September 2014. (Baca: Pemerintah Akan Menambah Kuota Impor Daging Sapi)
Meski permintaan daging impor dari Amerika Serikat dan Cina cukup besar, Partogi menyatakan Australia tidak akan mengurangi jatah daging ke Indonesia. "Indonesia adalah pelaku lama, Australia menghargai kita, enggak bisa sembarangan," katanya dalam keterangan kepada wartawan di Kementerian Perdagangan, Jakarta, 19 September 2014. (Baca: Bersiap, Harga Daging Impor Naik Lagi)
Kuota impor daging sudah disepakati sejak beberapa bulan lalu. Importir pun tidak mau pasokan daging dikurangi. "Asumsi saya tak akan berpengaruh (pengurangan jatah impor)," katanya.
Pada kuartal ketiga tahun ini, Indonesia telah menerbitkan kuota impor sebesar 167 ribu ekor sapi dari Australia. Sedangkan pada periode 12 bulan sebelum April 2014, Indonesia telah mengimpor 493.874 ekor sapi dari Australia atau naik 45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Menurut Partogi, pemerintah juga sudah menetapkan kuota impor daging untuk kuartal IV tahun ini. Jumlah kuota lebih besar dibandingkan kuartal sebelumnya. Kemungkinan akan ada penambahan kuota 10-20 persen. "Saat ini sedang dalam proses penerbitan surat persetujuan impor (SPI)," katanya.
Saat ini kuota ekspor daging Australia hanya 1.099.483 ton. Dari jumlah itu, sekitar 70 persen di antaranya ludes oleh Amerika, Jepang, Korea Selatan, Cina, plus Hong Kong. Sedangkan sisanya diperebutkan negara lain, termasuk Indonesia.
Berdasarkan data Australian Meat Industry Council (AMIC), lima negara terbesar pengimpor daging Australia 2013 yakni Amerika Serikat 212.703, Jepang 288.793 ton, Korea Selatan 144.364 ton, Cina 154.824 ton, dan Indonesia 39.418.
Adapun hingga Mei 2014 tercatat Amerika Serikat, Korea Selatan, Cina, dan Indonesia mengalami kenaikan. Rinciannya, Amerika Serikat telah melakukan pembelian sebanyak 123.613 ton. Angka itu naik hampir 70 persen dari tahun sebelumnya pada periode yang sama sebanyak 84.476 ton. Korea Selatan 59.958 ton, naik dari sebelumnya 50.435 ton; dan Cina 59.623 ton, naik dari sebelumnya 51.763.
PRIO HARI KRISTANTO
Terpopuler:
Jokowi Kaget Biaya Perjalanan Pemerintah Rp 30 T
Demokrat Merapat, JK Siapkan Kursi di Kabinet
Jadi Menteri Jokowi, Gerindra: Insya Allah, Kami Tolak