TEMPO.CO, Jakarta - Rupiah bergerak mendatar 0,3 poin ke level 11.971,3 per dolar Amerika Serikat pada transaksi di pasar uang, Selasa, 16 September 2014. Analis dari PT Monex Investindo Futures, Zulfirman Basir, mengatakan penguatan dolar sedikit tertahan menjelang rapat Komite Ekonomi Federal (FOMC Meeting).
"Muncul ekspektasi di kalangan investor bahwa bank sentral Amerika akan mengeluarkan pernyataan yang lebih menenangkan," kata dia. (Baca juga: Pasar Kecewa terhadap Susunan Kabinet Jokowi)
Ekspektasi positif dari FOMC Meeting tersebut membuat rupiah mengalami relaksasi dari tekanan dolar. Di sisi lain, pelaku pasar sudah mengantisipasi pertemuan tersebut dan sudah tecermin dalam kenaikan nilai tukar dolar selama dua pekan terakhir.
Meski demikian, Zulfirman mengingatkan meredanya tekanan dolar hanya bersifat sementara. Pasalnya, tren pergerakan dolar sampai akhir tahun masih akan terus menguat seiring dengan rencana kenaikan suku bunga tabungan The Fed pada pertengahan 2015. "Tumbuhnya ekonomi dan pasar tenaga kerja secara signifikan akan menarik likuiditas dolar kembali ke pasar AS," ujarnya. (Baca: Rupiah Diprediksi Lesu Selama Sepekan)
Pemulihan ekonomi yang dialami AS lebih cepat dibanding negara-negara lainnya. Eropa masih menghadapi risiko konflik di Ukraina. Ditambah, data terakhir dari Cina menunjukkan tingkat investasi asing di Negeri Tirai Bambu merosot ke level terendah dalam empat tahun terakhir.
Menurut Zulfirman, investasi di Cina bisa mempengaruhi outlook ekspor Indonesia yang selanjutnya berpotensi membuat neraca transaksi berjalan mengalami defisit berkepanjangan. Hari ini, Rabu, 17 September 2014, rupiah diperkirakan berada di level 11.900-11.970 per dolar AS. "Bila pernyataan The Fed tidak sesuai dengan ekspektasi, ada peluang rupiah menguji level psikologis 12.000 per dolar," kata Zulfirman.
M. AZHAR
Berita Terpopuler
Begini Arsitektur Kabinet Jokowi-JK
Pengamat: Kabinet Jokowi Lebih Reformis dari SBY
Kepergok Saat Bercinta, Wanita Ini Pukuli Petugas