TEMPO.CO, Jakarta - Juru bicara Garuda Indonesia Airlines, Pujobroto, membenarkan penundaan penerbangan rute Jakarta-Palangkaraya tadi pagi. Penundaan terpaksa dilakukan karena kabut asap dari kebakaran hutan menghalangi jarak pandang.
"Di Palangkaraya itu setidaknya jarak pandang aman 1.200 meter. Tapi tadi pagi itu di bawah 400 meter, sehingga tidak safety," kata Pujobroto saat dihubungi, Selasa, 16 September 2014.
Pujobroto menuturkan sebenarnya GA550 tujuan Palangkaraya terbang tepat waktu dari Jakarta pada pukul 05.55 WIB. Pesawat ini dijadwalkan tiba di Bandara Tjilik Riwut sekitar pukul 07.35 WIB. Sayangnya, saat tiba di langit Palangkaraya, tepat sesuai dengan jadwal, jarak pandang di bawah batas aman. "Untuk masalah safety pilot tidak boleh memaksakan mendarat, akhirnya diputuskan untuk mengalihkan ke Balikpapan," ujarnya.
Para penumpang kemudian tiba di Balikpapan sekitar pukul 08.35 waktu setempat. Menurut Pujobroto, setelah menunggu sekitar 2,5 jam di Balikpapan, pesawat akhirnya terbang kembali ke Palangkaraya dan tiba pukul 11.55 Wita. "Semua itu kami lakukan dengan pemberitahuan kepada penumpang, dan semua menerima karena ini quote and quote force majeur karena alam." Garuda juga memberikan sejumlah ganti rugi seperti makanan karena penumpang telah menunggu lama.
Tak hanya pesawat rute Jakarta-Palangkaraya, sejumlah penerbangan Garuda hari ini juga terpaksa mengalami penundaan. Contohnya, pesawat ke Jambi dari Jakarta dengan nomor GA130. Pesawat ini malahan terpaksa kembali ke Jakarta setelah terbang sejak pukul 07.10 WIB. "Lagi-lagi karena masalah kondisi asap yang menghambat jarak pandang, sehingga diputuskan return to base ke Jakarta."
Penerbangan lainnya, yakni GA134 dengan rute Jakarta-Jambi yang terbang pukul 16.45 WIB, juga terpaksa diterbangkan kembali ke Jakarta. Pun GA530 tujuan Jakarta-Banjarmasin dan GA535 tujuan Banjarmasin-Jakarta yang ikut tertunda karena asap.
Pujobroto mengatakan penundaan penerbangan ini tentunya memberi dampak signifikan pada pelayanan, terutama masalah ketepatan penerbangan. Selain itu, perusahaan terpaksa menghadapi inefisiensi penggunaan bahan bakar karena pesawat berkali-kali harus berputar dan kembali ke lokasi pemberangkatan. Namun ia belum memiliki hitungan kerugian akibat inefisiensi bahan bakar tersebut.
AYU PRIMA SANDI
Baca juga:
Ahok Terima Ajakan Hashim Bertemu Prabowo
Komposisi Kabinet dari Era Soeharto Sampai Jokowi
Gandeng Parpol, Jokowi Tak Ingkar Janji
Pengurus PPP Jawa Timur Bantah Klaim Suryadharma
Airport Tax Wajib Masuk Tiket