TEMPO.CO , Jakarta - Menjadi produsen pasir timah terbesar di dunia, Indonesia tertinggal jauh dari Malaysia dan Thailand dalam nilai ekspor timah batangan (ingot). Banjir ingot di dua jiran itu tak bisa dilepaskan dari ekspor ilegal timah Bangka Belitung. Untuk menekan itu diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 Tahun 2014 pada 24 Juli lalu dan berlaku per 1 November mendatang.
Ketua Umum Asosiasi Eksportir Timah Indonesia Jabin Sufianto mengatakan derasnya ekspor timah ilegal terkait dengan derasnya investor asal Singapura mengorder timah tersebut. "50 persen perusahaan di Bangka dapat financing untuk membeli pasir timah," katanya kepada Tempo, Jumat, 29 Agustus 2014. (Baca: Negara Rugi Rp 4,17 triliun karena Ekspor Timah Ilegal)
Seorang pengusaha timah mengatakan masyarakat menambang timah secara ilegal karena laris dibeli pengusaha smelter yang dijuluki Panglima. Smelter swasta yang mengolah timah ingot, dan non-ingot seperti solder, erat hubungan bisnisnya dengan importir asal Singapura. Inilah yang membuat penambangan gelap sulit dihentikan. Praktek bisnis ilegal ini tetap lestari sebab ada beking kuat aparat keamanan, politikus, hingga pejabat tinggi.
Dua eksportir timah mengatakan salah satu pengusaha yang menampung timah yang tak terang asal-usulnya itu adalah Philip Surya alias Asiong. Asiong memiliki perusahaan eksportir timah bernama Serumpun Sebalai dan Tirus Putra Mandiri. "Asiong mengekspor timah non-ingot," kata salah satu importir asal singapura. Timah milik perusahaan Asiong dijual ke perusahaan terafiliasi di Singapura, yaitu Singapore Solder Tech yang di dalamnya ada Frederick Surya, anak Asiong.
Mantan perwira tinggi Markas Besar Kepolisian RI mengatakan langgengnya praktek bisnis Asiong karena beking petinggi polisi. Nama yang kerap 'dicatut' sebagai jenderal di belakang Asiong itu adalah Wakil Kepala Kepolisian RI, Komisaris Jenderal Badrodin Haiti. Apalagi, beberapa waktu lalu sempat beredar foto Asiong berkemeja biru kotak-kotak bersama Badrodin yang berseragam polisi di kantor Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta.
Tapi Philip membantah memiliki Serumpun Sebalai. "Saya sudah lama tidak aktif di bisnis timah," katanya. "Saya tidak pernah bermitra dengan Wakapolri." Bantahan juga disampaikan Badrodin. "Saya tidak pernah ada bisnis timah di Babel dan foto tersebut perlu dicek keasliannya," katanya melalui pesan pendek kepada Tempo, Jumat, 5 September 2014. (Lihat: Dua Kubu Ngotot, Aturan Ekspor Timah Kompromistis)
Beberapa waktu lalu, Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Abraham Samad yang berkunjung ke Bangka Belitung juga mengultimatum kepada para jenderal yang menjadi beking timah ilegal. "Saya ingatkan, jangan ada beking. Jangan ada lagi jenderal polisi jadi beking, jenderal tentara jadi beking ataupun penegak hukum lainnya," kata Abraham. "Kita akan sikat."
Hal senada disampaikan Kepala Badan Reserse dan Kriminal Mabes Polri Komisaris Jenderal Suhardi Alius. "Kami sudah tahu siapa-siapa yang bermain di sana. Saya sudah memetakan semua."
AKBAR TRI KURNIAWAN
Terpopuler:
UU Pilkada Sah, Koalisi Prabowo Borong 31 Gubernur
Temui Mega, Risma Tak Bersedia Jadi Menteri Jokowi
PKS Blunder Usung Pilkada Tak Langsung
Ketemu Sudi Silalahi, Rini Minta Maaf
Jokowi: RUU Pilkada Potong Kedaulatan Rakyat