TEMPO.CO, Jakarta - Adanya peningkatan cadangan devisa per Agustus 2014 rupanya tidak cukup membuat kondisi rupiah menguat.
Menurut pengamat ekonomi Universitas Indonesia, Lana Soelistianingsih, ini disebabkan kuatnya permintaan pasar terhadap dolar.
Hal itu berdampak pada tertekannya rupiah dalam beberapa waktu ke depan. "Saat ini dolar menguat sangat tajam. Rupiah termasuk paling lemah dari semua mata uang di wilayah Asia.
Demikian halnya dengan euro setelah ada rencana stimulus yang masih melemah terhadap dolar US," kata Lana saat dihubungi Tempo, Ahad, 7 September 2014.
Menurut Lana, kemungkinan rupiah bisa cukup menguat pada akhir September mendatang. Saat itu ada pembayaran utang cukup besar, termasuk dari pihak swasta. Selain itu, dari sisi ekspor dan impor kondisinya diprediksi masih belum stabil.
Pengamat Samuel Asset Management ini mengatakan selama masih belum ada tambahan di sisi ekspor, maka ekspor dan impor kurang bisa menjamin dapat membantu menguatkan posisi rupiah.
Jumat lalu, Bank Indonesia merilis cadangan devisa Indonesia selama Agustus 2014 bertambah US$ 700 juta menjadi US$ 111,2 miliar dibanding jumlah cadangan bulan lalu US$ 110,5 miliar.
Sedangkan sebelumnya, jumlah cadangan devisa selama Juli 2014 bertambah US$ 2,8 miliar menjadi US$ 110,5 miliar dibanding bulan Juni sebesar US$ 107,7 miliar.
Bank Indonesia sendiri menilai kenaikan cadangan devisa tersebut berdampak positif terhadap upaya memperkuat ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.
Menurut juru bicara BI Tirta Segara, posisi cadangan devisa per Agustus dapat membiayai 6,5 bulan impor atau 6,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.
AISHA SHAIDRA
Terpopuler
PDIP: Ada Mafia Migas Besar dan Recehan
Pria Ini Rela Membayar Rp 900 Juta untuk Ciuman
IP Address Penghina Ridwan Kamil di Jakarta
Ahok Pede Kasus Bank DKI Tak Ganggu Kinerja
'Polisi Syariat' Berpatroli di Jerman