TEMPO.CO , Jakarta - Publikasi data ekonomi terbaru diperkirakan mampu mendorong kenaikan harga saham. Pada awal pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia menguat 41 poin (0,8 persen) ke level 5.177.
Di luar ekspektasi, Badan Pusat Statistik melaporkan bahwa neraca perdagangan pada Juli 2014 mengalami surplus US$ 123,7 juta. Laju inflasi pada Agustus juga berada di level terendah selama sembilan tahun terakhir, yakni 0,47 persen. Hal ini meningkatkan optimisme investor akan prospek kinerja pasar modal Indonesia. (Baca: Inflasi Agustus Capai 0,47 Persen).
Analis dari PT Universal Broker Indonesia, Nizar Hilmy, mengatakan perbaikan kedua data ekonomi tersebut menjadi katalis positif bagi pergerakan IHSG. Meski tidak terlalu menggembirakan, membaiknya indikator ekonomi tersebut dinilai mampu mengurangi kekhawatiran investor. “Walau belum cerah, angka itu mampu membangun kembali prospek IHSG ke depan,” ujarnya. (Baca juga: Inflasi Agustus, Apa Saja Pemicunya? ).
Berkat dorongan data tersebut, harga saham di lantai bursa naik secara teknikal. Saham sektor konsumsi dan perbankan, seperti ICBF, INDF, dan BBCA meningkat paling pesat. “Koreksi signifikan selama beberapa pekan belakangan memicu technical rebound,” tutur Nizar. (Baca: Chatib Basri: Inflasi Masih Sesuai Target).
Efek positif rilis data ekonomi diprediksi akan terus mempengaruhi pergerakan IHSG pada hari ini, Selasa 2 September 2014. Ada kemungkinan IHSG bergerak pada level 5.150-5.200. Investor disarankan untuk mempertimbangkan sektor saham konsumsi dan pertambangan.
MEGEL JEKSON
Berita Terpopuler
Curhat Jokowi: Dari Sinting, Ihram dan Prabowo
Manfaat Caci Maki Florence 'Ratu SPBU'
Ronaldinho Segera Main di ISL
Ibas Bantah Terima Uang dari Nazaruddin