TEMPO.CO, Jakarta - Antisipasi pelaku pasar terhadap putusan sengketa pemilihan presiden ditambah melambatnya data manufaktur Cina membuat pelaku pasar memilih untuk menjual saham.
Analis dari PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengatakan sentimen negatif tersebut membuat indeks gagal melanjutkan laju positifnya sejak kemarin sore. "IHSG berat sekali untuk kembali ke level 5.200," kata Satrio.
IHSG di Bursa Efek Indonesia pada penutupan perdagangan sesi pertama melemah 33,69 poin (0,65 persen) ke level 5.156. Saham yang berpindah tangan sebanyak 2,7 miliar lembar senilai Rp 2,4 triliun. Asing mencatat pembelian bersih Rp 317 miliar.
Menurut Satrio, penembusan atas resisten di 5.165 kemarin memiliki potensi kenaikan hingga kisaran 5.250–5.300. Artinya, menyambut keputusan MK ini, IHSG sebenarnya memiliki peluang untuk mencetak rekor baru. Sayangnya, bursa regional tidak mendukung IHSG.
Di sesi kedua, IHSG diperkirakan masih bergerak di area support. Meski asing masih mencatat net buy, namun volumenya mulai terbatas. Bila tidak ada penggerak positif, ada kemungkinan koreksi berlanjut ke area support berikutnya di kisaran 5.100. "Kepastian arah pergerakan IHSG baru akan diketahui setelah jam 02.00 nanti," ujarnya.
Data HSBC manufaktur Cina bulan Agustus turun ke level 51,5. Hal ini menyebabkan indeks Hang Seng terkoreksi tajam 0,92 persen, indeks Shanghai melemah 0,88 persen, indeks Korea melemah 1,3 persen. Sementara itu bursa Jepang menguat 0,6 persen karena pelemahan yen.
PDAT | M. AZHAR