TEMPO.CO, Jakarta - Penguatan dolar di pasar global serta hasil debat calon presiden yang tidak memuaskan membuat pelaku pasar cenderung melepas aset-aset berdenominasi rupiah. (Baca: Bank Indonesia: Melemahnya Rupiah Tidak Buruk)
Dalam transaksi pasar uang, Senin, 16 Juni 2014, rupiah melemah 23 poin (0,20 persen) ke level 11.819 per dolar Amerika. Analis dari PT Monex Investindo Futures, Daru Wibisono, mengatakan krisis politik berkelanjutan di Irak serta data-data ekonomi Amerika yang kurang meyakinkan membuat dolar kembali perkasa. “Faktor geopolitik ini membuat pelaku pasar menghindari risiko dengan melepas aset-asetnya dan mencari aman dengan membeli dolar.” (Baca: Beberapa Faktor Penyebab Pelemahan Rupiah)
Selain itu, pelaku pasar tidak puas dengan hasil debat calon presiden Ahad lalu. Sebab, kedua kandidat tidak secara jelas menyebutkan solusi dari masalah fundamental di Indonesia. “Mereka tidak menyinggung hal-hal yang ditunggu pasar, seperti pengendalian inflasi, cara mengatasi defisit perdagangan, dan masalah regulasi ekspor,” kata Daru.
Mengambangnya jawaban para kandidat kemudian direspons dengan aksi jual pelaku pasar, baik di pasar saham maupun pasar uang. Pelaku pasar ingin mendengar jawaban yang jelas dari para kandidat, bagaimana mengatasi defisit perdagangan yang semakin membengkak sejak dua tahun terakhir.
Daru memperkirakan rupiah akan bergerak pada posisi 11.780-11.840 per dolar dengan potensi melanjutkan pelemahan. Pasalnya, investor wait and see menjelang rapat Komite Ekonomi Federal (FOMCE Meeting) Rabu pekan ini. Kenaikan suku bunga The Fed kemungkinan bisa lebih cepat dari perkiraan. “Ini bisa mendorong rupiah semakin cepat menuju level 12.000.” (Baca: BI Wajib Intervensi Jika Kurs Rupiah Tembus 12.000)
M. AZHAR
Berita Utama
Putra Prabowo Mengaku Tak Pernah Dikritik Ayahnya
Sudi: Istana Tak Terlibat Penerbitan Obor Rakyat
PRJ Monas, Ahok: Pedagang Berengsek Luar Biasa