TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat transportasi dari Universitas Indonesia, Ellen Tangkudung, menyebutkan pengerjaan jalur Pantura adalah proyek laten yang selalu terulang tiap tahun. Dia mengeluhkan proyek laten tersebut karena tidak kunjung selesai meskipun dilakukan pengerjaan saban tahun. "Perbaikan jalan Pantura ini permasalahan kompleks dan holistik," katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 23 April 2014.
Dia mengatakan permasalahan proyek laten Pantura ini terdiri dari masalah mutu pengerjaan jalan, struktur pengawasan, dan perbaikan proyek drainase yang terhubung di jalur Pantura. Dia menyebutkan mutu pengerjaan jalan harus melebihi standar yang ditetapkan pemerintah. "Tidak boleh standar lagi, harus high grade, high quality," katanya.
Perbaikan di luar standar tersebut, kata dia, untuk menjawab tantangan jalan Pantura, baik secara beban lintasan kendaraan, lokasi jalan yang rawan banjir, maupun sistem drainase yang masih bermasalah di area jalan.
Menurut Ellen, titik jalan Pantura banyak berpapasan dengan jalur sungai bermuara di Pantai Utara Jawa. Hal itu menyebabkan banyak genangan air yang tersebar di jalan Pantura tersebut. Di sisi lain, tata air drainase di jalur tersebut banyak bermasalah.
"Belum lagi pertumbuhan bangunan di jalur Pantura sangat tinggi sehingga muka air tanah naik karena berada di pinggir laut," katanya. Permasalahan jalan Pantura akan tetap langgeng jika masyarakat masih mengandalkan jalan raya sebagai urat nadi distribusi logistik. Dia berharap pemerintah mempunyai terobosan yang efektif agar proyek laten tersebut segera rampung.
ALI HIDAYAT
Topik terhangat:
Hadi Poernomo | Pelecehan Siswa JIS | Kisruh PPP | Jokowi | Prabowo
Berita terpopuler:
Hadi Poernomo: Saya Menikahi Anak 'Wong Sugih'
Jokowi Nangis Gara-gara Jam Tangan
Akuisisi Batal, Dahlan: Saya Seolah Menteri Ngawur
Pelawak Oni dan Bekas Bupati Aceng ke Senayan