TEMPO.CO , Jakarta: Kasus hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 terjawab. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan, berdasarkan hasil analisis ulang dari data satelit Inmarsat menyebutkan pesawat berakhir di Samudra Hindia. Posisi hilang berada di sebelah barat Perth, sebuah wilayah yang jauh dari landasan mana pun.
Kasus hilangnya MH370 mengingatkan kembali kejadian tujuh tahun lalu ketika pesawat Adam Air DHI574 rute Jakarta-Surabaya-Manado mengangkut 96 penumpang yang hilang di perairan Majene, Sulawesi Barat.
Menurut pengamat penerbangan, Dudi Sudibyo, mengatakan kecelakaan yang menimpa MH370 serupa dengan yang dialami Adam Air pada 2007. "Mirip, sama-sama jatuh dan masuk ke laut," kata dia kepada Tempo.
Berikut kronologi kecelakaan Malaysia Airlines dan Adam Air.
Malaysia Airlines:
Pesawat Malaysia Airlines MH370 dari Kuala Lumpur tujuan Beijing menghilang setelah sekitar dua jam lepas landas, Sabtu, 8 Maret 2014. Berbagai teori muncul, mulai dari berhentinya pesawat tiba-tiba, insiden dalam pesawat yang menyebabkan masalah elektrik hingga beberapa teori lainnya mengenai kecelakaan itu.
Belakangan diketahui pesawat Boeing 777-200 itu berakhir di Samudra Hindia. Perdana Menteri Malaysia Najib Razak mengatakan, informasi itu berdasarkan analisis ulang dari data satelit Inmarsat menyebutkan pesawat berakhir di Samudra Hindia sebelah barat Perth. (Baca: Jatuhnya MH370 Diungkap Satelit Inggris)
"Saya diberi informasi oleh pihak Air Accidents Investigation Branch (AAIB) Inggris. Mereka menginformasikan bahwa Inmarsat, perusahaan Inggris yang memberikan data satelit yang berperan dalam penentuan koridor selatan dan utara dalam pencarian, telah mengolah data lebih lanjut," kata Najib saat memberikan keterangan, Senin, 24 Maret 2014 (Baca: Penemuan MH370, Efek Dopler Atasi Minimnya Satelit)
Para pilot dan ahli penerbangan menilai ledakan di atas pesawat menjadi kemungkinan penyebab kecelakaan. Pesawat diduga berada pada ketinggian jelajah, fase paling aman dalam penerbangan dan dalam kendali autopilot.
Mantan pejabat National Transportation Safety Board (NTSB), John Goglia, menyebut berkurangnya tekanan di kabin secara tiba-tiba dan ekstrem bisa memicu ledakan dan membuat pesawat hancur. Dekompresi semacam itu bisa disebabkan oleh korosi.
Adam Air:
Adapun kecelakaan pesawat Adam Air DHI574 rute Surabaya-Manado pada 1 Januari 2007 di perairan Majene, Sulawesi Barat, disebabkan oleh sistem navigasi yang bermasalah. Kesimpulan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) ketika itu menyebutkan, pada saat itu pilot sibuk memperbaiki instrumen navigasi inertial reference system (IRS). Pilot berdiskusi mengenai hal itu selama sembilan menit hingga mengabaikan instrumen penerbangan lainnya. Kesimpulan itu setelah KNKT membaca kotak hitam yang diangkat dari dasar laut pada 27 Agustus 2007. Berikut ini kronologi jatuhnya pesawat Adam Air Boeing 737-400 yang berusia 18 tahun itu.
12.58:
Pesawat Adam Air lepas landas dari Bandara Juanda, Surabaya.
13.14:
Setelah mencapai utara Kepulauan Kangean pada ketinggian 6.705 meter (22 ribu kaki), Adam Air diminta berbelok ke arah DIOLA (nama waypoint dalam dunia penerbangan di dekat Teluk Towuti, Sulawesi Tengah).
13.19:
Pesawat berada pada ketinggian 10.668 meter (35 ribu kaki) dan ke timur laut arah ENDOG (di atas Kangean).
13.29:
Menara kaget karena Adam Air ternyata kemudian berbelok ke utara, bukan ke timur laut.
13.37.21:
Menara Pengawas di Makassar meminta Adam Air kembali ke arah semula. Angin saat itu normal. Selama sembilan menit kemudian, pilot dan kopilot sibuk berdiskusi tentang masalah yang terjadi pada alat navigasi IRS. Ada dua IRS, masing-masing satu di bagian kiri dan kanan. Keduanya berisi data berbeda. IRS nomor 2 (kanan) yang bermasalah.
13.56.15:
Pesawat mulai menukik. Pilot berusaha memperbaikinya dengan mengalihkan mode IRS-2 ke posisi ATT (untuk naik). Ternyata pengubahan itu mengakibatkan sistem autopilot tidak aktif. Posisi pesawat terakhir pada ketinggian 35 ribu kaki.
14.09:
Pesawat tidak bisa dikontak lagi. Kotak hitam berhenti merekam pada 2.743 meter, dua puluh detik sebelum terdengar suara pukulan keras dua kali, "Tam..., tam!"
Pesawat jatuh ke laut. Data kecepatan pesawat yang terekam adalah Mach 0.926 (1.105 kilometer per jam). Puing-puing pesawat ditemukan pada kedalaman 2.000 meter di perairan Majene.
Kotak hitam diangkat pada 27 dan 28 Agustus 2007, delapan bulan setelah pesawat jatuh.
ALI NY | MARIA YUNIAR | REUTERS | PDAT
Topik terhangat:
Kampanye 2014 | Jokowi Nyapres | Malaysia Airlines | Pemilu 2014 | Kasus Century
Berita terpopuler
Terdeteksi 122 Obyek, Puing MH370?
Cina 'Musuh Dalam Selimut' Saat Pencarian MH370
Repotnya Inmarsat Buru Jejak MH370