TEMPO.CO , Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan di Riau mencapai Rp 10 triliun. "Kerugian ini dihitung dari terganggunya transportasi dan aktivitas ekonomi di Riau," kata juru bicara BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, kepada Tempo, Selasa, 18 Maret 2014.
Namun, Sutopo mengatakan kerugian tersebut hanyalah perhitungan atas hilangnya aktivitas di Riau hingga akhir Februari 2014. BNPB belum menghitung kerugian ekonomi di Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Jambi yang juga terkena dampak asap. (Baca: Soal Kabut Asap, SBY: Hutan Riau Sengaja Dibakar).
Selain kerugian materi, Sutopo mengatakan kebakaran hutan di Riau menimbulkan kerugian non-materi, seperti polusi karbondioksida, kerusakan keanekaragaman hayati, gangguan kesehatan masyarakat, dan gangguan kegiatan pendidikan. "Kalau dijumlahkan, kerugiannya sangat besar," ujarnya.
Pada Selasa malam, BNPB kembali menemukan sejumlah titik api. Sutopo mengatakan ada delapan titik api hasil pantauan satelit NOAA. Titik api tersebut berada di Bengkalis (satu titik), Dumai (dua titik), Indragiri Hilir (dua titik), Indragiri Hulu (satu titik), Pelalawan (satu titik), dan Rokan Hilir (satu titik). (Baca: Titik Api Muncul Lagi di Riau),
Di lain pihak, sensor Moderate Resolution Imaging Spectroradiometer (MODIS) pada satelit Terra dan Aqua menunjukkan 18 titik api, yakni di Bengkalis (delapan titik), Dumai (empat titik), Indragiri Hulu (satu titik), Meranti (satu titik), dan Pelalawan (empat titik).
Menurut Sutopo, jarak pandang di wilayah Riau kembali terganggu akibat titik api tersebut. Di Pekanbaru, jarak pandang hanya 7 kilometer, sedangkan di Pelalawan mencapai 5 kilometer. Di Rengat dan Dumai, jarak pandang relatif lebih baik, yakni 8 dan 10 kilometer.
AYU PRIMA SANDI
Berita Terpopuler
Inikah 'Pilot Bayangan' dalam Penerbangan MH370?
Surat Curhat Putri Pilot Malaysia Airlines
Jokowi Ajak Lawan Politiknya Adu Gagasan
Kenapa Akil Mochtar Sebut Jaksa Goblok?