TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Badan Usaha Milik Negara Dewan Perwakilan Rakyat, Aria Bima, mengatakan pembangunan Proyek Jembatan Selat Sunda dinilai tidak feasible. Alasannya, karena struktur tanah rentan terhadap bencana alam. (baca:Badan Pelaksana JSS Segera Dibentuk)
"Setahu saya berdasarkan kajian-kajian geografis, kondisi di situ rentan bencana alam, gempa vulkanik maupun tektonik," kata Aria Bima, Jumat, 7 Maret 2014. Dia mengatakan rencana pembangunan jembatan tersebut justru malah mengakibatkan investasi kepada penyeberangan laut melaui kapal menjadi terhambat.
Seharusnya, kata dia, pemerintah memperkuat penyeberangan laut dengan memperluas Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Bakauheni. Penguatan pelabuhan dan bahkan bandara akan lebih baik dilakukan dibandingkan dengan membangun jembatan yang memiliki risiko besar. (baca:Jembatan Selat Sunda Dinilai Kerdilkan Indonesia)
Proyek yang diperkirakan membutuhkan investasi sebesar Rp 150 triliun ini rencananya akan melibatkan badan usaha milik negara (BUMN). Menteri BUMN Dahlan Iskan mengaku pihaknya siap ditunjuk untuk membangun proyek tersebut. "Kami siap diperintah. Disuruh bangun, kami bangun; suruh rencanakan kami rencanakan," ujarnya.
Dia meyakini meskipun membutuhkan biaya yang tidak sedikit, perusahaan BUMN mampu mengerjakan megaproyek tersebut karena tidak akan digarap dalam satu tahun.
Dahlan memperkirakan pengerjaan konstruksi megaproyek ini akan menghabiskan waktu sekitar 12 tahun. Sebelumnya Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto, menyatakan pemerintah telah menetapkan rencana pembangunan JSS untuk dilanjutkan. Djoko mengataan pihaknya akan segera membentuk badan pelaksana untuk proyek tersebut.
MAYA NAWANGWULAN
Terpopuler