TEMPO.CO, Bandung - Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat mengatakan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bersama PT Dirgantara Indonesia intensif mengembangkan pesawat perintis N219. Prototipe pesawat 19 penumpang itu rencananya rampung tahun depan.
Menurut rencana, kata dia, proyek percontohan N219 mulai terbang pada 2016 atau 2017. "Pesawat ini sangat dibutuhkan pemerintah daerah dalam mendukung percepatan pembangunan," kata Hidayat, Jumat, 7 Maret 2014.
Dia menjanjikan proteksi bagi pengembangan bisnis pesawat perintis N219 jika tingkat komponen dalam negeri atau TKDN sudah di atas 40 persen. "Maksudnya dengan berbagai regulasi kami tidak akan memperlancar impor teknologi atau pesawat sejenis," ujarnya.
Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso mengatakan pengembangan pesawat yang awalnya dirintis perusahaannya itu akhirnya diserahkan pada pemerintah. "Pemerintah tidak ada anggaran untuk pengembangan, jadi dibuatkan ke LAPAN. Kami harus membuatkan prototipe untuk LAPAN yang akan kami kerjakan di sini," ujarnya. (Baca: Indonesia Kembangkan Pesawat N-219)
Biaya pengembangan pesawat itu menembus Rp 600 miliar. Melalui LAPAN, kata dia, pemerintah menyanggupi menggelontorkan anggaran hingga Rp 500 miliar untuk pengembangan pesawat perintis itu, dan sisanya akan ditanggung PT Dirgantara Indonesia. "Desain sudah hampir selesai," katanya.
Nantinya lisensi pesawat itu ada di tangan pemerintah. PT Dirgantara Indonesia akan membayar lisensinya untuk memproduksi pesawat itu. Estimasinya, tahap pertama produksi pesawat itu dijadwalkan 2016-2017 dengan kapasitas produksi awal 12 pesawat per tahun. "Setelah itu akan naik sekitar 24 pesawat setahun," kata Budi. Menurut dia, sejauh ini satu-satunya pesaing pesawat perintis dengan kapasitas angkut 19 penumpang adalah Twin Otter. (Baca : Selama 37 Tahun, PTDI Produksi Ratusan Pesawat)
AHMAD FIKRI
Terpopuler
Sebelum Tewas, Bos Bitcoin Punya Karier Kinclong
Pasar Pede Jokowi Jadi Presiden
Perkuat Rupiah, BI Gandeng Bank Sentral Korea