TEMPO.CO , Jakarta - Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai 6 persen sesuai target dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2014. Menurut dia, pertumbuhan juga akan ditopang oleh gelaran pemilihan umum dengan kontribusi 0,2 hingga 0,3 persen.
"Logika saya sederhana, tahun lalu 5,8 persen tidak ada pemilu. Ada pemilu konsumsi harusnya lebih tinggi dong. kemudian Amerika Serikat dan negara maju recover, ekspornya jadi lebih baik. Dengan dua itu saja mudah-mudahan bisa 6 persen," katanya. Namun dia mengatakan sulit jika ekonomi tahun ini bisa tumbuh di atas 6 persen. (Baca juga : Peredaran Uang di Pemilu Bertambah Rp 100 Triliun)
Sementara untuk 2015, Chatib mengatakan jika konsolidasi berjalan lancar, defisit transaksi berjalan bisa susut hingga 2 persen. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi juga bisa mencapai 6,1 persen. "Kalau 2013-2014 diexpand, infrastruktur sudah jadi, sisi suplainya bertambah. Jika suplai bertambah, demand expand tidak ada impor," ujar Chatib.
Kepala Riset Union Bank of Switzerland (UBS), Joshua Tanja meragukan Kontribusi positif pelaksanaan pemilihan umum terhadap pertumbuhan ekonomi tahun ini. Menurut dia, produk domestik bruto tahun ini hanya tumbuh 5,2 persen dibandingkan realisasi di 2013 yang tumbuh 5,78 persen. Perlambatan itu karena kenaikan angka ekspor belum pulih benar seiring angka deposito yang belum membaik. “Khawatirnya pertumbuhan kredit tahun ini di bawah target Bank Indonesia 15 persen. Sebab depositonya terus menurun,” katanya. (Lihat juga : Pengamat Taksir Pertumbuhan Ekonomi Lebih Rendah)
Proyeksi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2 persen adalah sangat pesimistis dibandingkan target pemerintah sebesar 6 persen. Menurut Joshua, dampak positif pemilu terhadap ekonomi tahun ini akan terlihat setelah pemerintahan baru terbentuk pada Oktober. Pola ini lebih mirip pelaksanaan pemilu 2004 ketimbang 2009. Sebab pada pemilu 2009, presiden yang terpilih adalah sama seperti di 2004. (Berita lain : Pemilu Sukses, Pertumbuhan Ekonomi Melejit)
Joshua menjelaskan meski tren nilai ekspor saat ini membaik namun defisit transaksi berjalan juga naik. Dia memperkirakan angka ekspor akan turun seiring pemberlakuan Undang-Undang tentang Mineral dan Batubara mulai Januari 2014 lalu. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor mineral mentah pada 2013 sebesar US$ 6,54 miliar.
ANGGA SUKMA WIJAYA
Terpopuler :
Dave Morin Buka Peluang Investasi di Path
Harga Apel Malang Rontok Diserbu Apel Impor
OJK dan BRI Luncurkan Simolek
Wamenkeu: Utang Swasta Perlu Diawasi
Kelud Meletus, Petani Rugi Rp 140 Miliar