TEMPO.CO, London - Grup Bakrie menyatakan sedang melakukan finalisasi terkait rencana pemisahan dengan perusahaan tambang batubara asal Indonesia yang tercatat di Bursa London, Asia Resources Minerals (sebelumnya bernama Bumi Plc). Langkah itu setelah sekian lama rencana perpisahan kedua perusahaan terkatung-katung dan menuai kontroversi.
Pemegang saham Asia Resources meminta agar ada kepastian soal ketersediaan dana perpisahaan itu maksimal pekan ini. Perpanjangan tenggat waktu perpisahan Bakrie – Asia Resources terhitung sudah empat kali dilakukan. Sehingga ketentuan kesepakatan antara kedua pihakpun akan direvisi. (Baca juga : Bumi Plc Gugat Rosan Roeslani ke Arbitrase)
Manajemen Asia Resources, seperti dilansir Reuters, dikutip 22 Februari 2014, menyatakan telah berupaya mengungkap dugaan penyimpangan yang dilakukan anak perusahaan dan berjuang di tengah anjloknya harga batubara dalam beberapa tahun terakhir. Untuk kembali meningkatkan kinerja perusahaan, para pemegang saham Asia Resources sepakat berpisah dengan Bakrie. Namun tampaknya Grup Bakrie terbukti kesulitan memperoleh dana perpisahan itu.
Ketika dikonfirmasi, Juru Bicara Grup Bakrie, Chris Fong mengatakan menjamin rencana pemisahan kedua perusahaan berjalan sesuai rencana. Hanya saja, ada beberapa dana di Grup Bakrie yang akhirnya digunakan tidak sesuai rencana. (Lihat juga : Berau Tuding Rosan Roeslani Ngemplang)
Di bawah kesepakatan perpisahan tersebut tahun lalu, Grup Bakrie sepakat menjual 23,8 persen sahamnya di Asia Resources senilai US$ 223 juta. Kemudian Grup Bakrie akan menggunakan dana itu ditambah dengan deposit awal US$ 50 juta plus ditambah lagi dana US$ 228 juta untuk membeli 29,2 persen saham Asia Resources di PT Bumi Resources Tbk.
Namun karena Grup Bakrie hanya mampu menyiapkan dana US$ 163 juta dari kesepakatan yang seharusnya US$ 228 juta, maka mereka meminta pengurangan jatah pembelian saham dari sebelumnya 29,2 persen menjadi 25,4 persen saham. (Berita terkait : Tiga Anak Usaha Bakrie Go Public Pada 2015)
Manajemen Asia Resources menyatakan masih percaya dengan Grup Bakrie dan akan merevisi kerangka perjanjian perpisahan kedua perusahaan. Mereka juga bersedia memperpanjang tenggat waktu ketersediaan dana perpisahan hingga 26 Februari mendatang.
Seorang sumber yang dekat dengan perusahaan menyatakan bahwa permintaan Grup Bakrie untuk merevisi kerangka perjanjian bukanlah hal mengejutkan. “Saya tidak terkejut dengan permintaan Grup Bakrie. Saya kira mereka akan butuh waktu lebih lama lagi. Namun keduanya sama-sama ingin berpisah, jadi saya percaya keduanya akan sepakat untuk perpanjangan waktu,” kata sumber tersebut. (Artikel terkait : Desember, Bumi Plc Targetkan Pisah dari Bakrie)
Grup Bakrie mendirikan Asia Resources-sebelumnya bernama Bumi Plc pada 2010 berkongsi dengan konglomerat Inggris, Nat Rothschild. Awalnya kemitraan itu ingin membuat perusahaan batubara asal Indonesia bisa go international di Bursa London. Namun hubungan Bakrie dan Nat kemudian tidak harmonis, karena Nat menuding ada dugaan tata kelola perusahaan yang menyimpang.
Rencana perpisahan Bakrie Group - Bumi Plc sudah mencuat sejak Oktober 2012 menyusul perseteruan antara pemegang saham. Harian terkemuka Inggris, Financial Times pernah menulis sengketa Bumi Plc adalah pertarungan pemegang saham paling kotor yang pernah disaksikan London.
Kepastian skema pendanaan merupakan bagian dari perjanjian pemisahan antara Bakrie Grup dengan Bumi Plc senilai total US$ 501 juta. Pada kesepakatan awal, Bakrie Group akan menjual 23,8 pemilikan sahamnya di Bumi Plc kepada pengusaha nasional, Samin Tan. Samin akan membeli saham itu melalui Ravenwood Pte Ltd (RACL) dan Borneo Group senilai US$ 223 juta. (Baca juga : Rothschild Tuduh Bos Baru Inter Milan Mencuri)
Jika transaksi ini kelar nantinya pemilikan saham Samin Tan di Bumi Plc akan naik menjadi 47,6 persen dari sebelumnya 23,8 persen. Adapun 29,2 persen saham PT Bumi Resources Tbk yang sebelumnya dimiliki Bumi Plc akan diserahkan kembali ke Bakrie Group. Anak usaha Bakrie Group, Long Haul Holding Ltd sudah menyerahkan uang muka proposal pemisahan itu sebesar US$ 50 juta. Sehingga kekurangannya US$ 228 juta akan diambilkan dari kas internal Bakrie Group.
Namun skema perjanjian awal itu direvisi karena Bakrie Group belum mampu memberikan kepastian soal ketersediaan dana.
REUTERS | ABDUL MALIK
Terpopuler :
Bandara Kertajati Terganjal Pembangunan Terminal
Trik Jokowi Menggaet Foxconn
Indosat Yakin Ancaman Tifatul Tak Terbukti
Konflik Perebutan Air Baku Akan Semakin Terbuka
Indonesia Jajaki Kerjasama Ekonomi Negara MINT