TEMPO.CO, Jember - Ketidakpastian harga gas elpiji ukuran tabung 12 kilogram dalam awal bulan ini dikeluhkan sejumlah agen elpiji. Mereka mengaku merugi lantaran harga gas yang naik drastis pada pekan lalu diturunkan lagi. Modal buat kulakan gas sebelumnya sulit kembali. "Mau untung dari mana? Apalagi sekarang sudah banyak pelanggan berganti tabung gas ukuran tiga kilo," ujar Frendy, agen elpiji PT Wigati Abadi Jember, Rabu, 8 Januari 2014 pagi.
Selama enam hari harga elpiji naik dari Rp 78.000 per tabung menjadi Rp 133.000 per tabung. Kemudian pada Selasa, 7 Januari 2014 lalu, pemerintah kembali mengumumkan harga elpiji ukuran 12 kilogram turun menjadi Rp 98.000 per tabung. "Saya sudah terlanjur kulakan 500 tabung. Jadi, rugi sekitar Rp 17 juta," ujar dia.
Ismiyati, seorang agen elpiji lain di Kecamatan Sumbersari, Jember, juga mengaku rugi hingga Rp 20 juta akibat naik-turunnya harga gas elpiji ukuran 12 kilogram itu. Menurut dia, selama enam hari, tanggal 1-6 Januari lalu, penjualan gas elpiji ukuran 12 kilogram menurun sebanyak 60 persen. "Itu di wilayah kota, di kecamatan dan desa, penjualan turun sampai 80 persen," kata dia.
Selain dirugikan akibat kebijakan harga yang berubah-ubah itu, Frendy dan Ismiyati juga mengaku kini harus kehilangan sekitar 20 persen pelanggan mereka. Pasalnya, para pelanggan gas ukuran 12 kilogram itu banyak yang berlaih menggunakan gas "melon" atau ukuran tiga kilogram dan elpiji merek blue gas. "Ya, mudah-mudahan saja setelah diturunkan lagi, mereka mau balik lagi," kata Ismiyati.
Agen elpiji di Pamekasan, Jawa Timur, mengeluhkan hal serupa. "Saya rugi sekitar Rp 30 juta," kata Barkah Anton, pengelola agen elpiji CV Tirta Wira Dharma Niaga, Selasa, 7 Januari 2013.
Kerugian itu, kata dia, dihitung berdasarkan jumlah kiriman 500 tabung elpiji dari PT Pertamina. Sebanyak 500 tabung itu dikirim saat harga elpiji dibanderol seharga Rp 117 ribu. "Tapi tiba-tiba harga direvisi jadi Rp 89 ribu, kami rugi," katanya.
Tak hanya rugi secara finansial, Barkah mengaku hari ini mendapat banyak komplain dari pengecer elpiji. Mereka meminta ganti rugi. "Sehari ini tidak ada pangkalan yang minta kiriman tabung," ujarnya.
Terpisah, Pujianto, pengecer elpiji di Jalan Trunojoyo, Kota Pamekasan, mengaku rugi Rp 500 ribu akibat revisi harga elpiji tersebut. Parahnya lagi, kata dia, dari 20 tabung elpiji yang dibelinya dari agen, tak satu pun laku terjual. "Ngambil di agen Rp 117 ribu, sekarang saya jual Rp 93 ribu per tabung," katanya.
Pujianto berharap pemerintah memberikan solusi atas kerugian yang diderita para pengecer elpiji atas revisi harga yang dilakukan PT Pertamina. "Kerugian ini salah pemerintah yang merevisi harga, harus ada ganti rugi," ujarnya.
MUSTHOFA BISRI