TEMPO.CO, Jakarta – Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan, Bambang S. Ervan, mengatakan perlu ada sinergi antara pemerintah sebagai regulator, maskapai, dan pemerintah daerah untuk pengembangan bandara. "Seperti lahan di Tangerang untuk pengembangan Bandara Soekarno-Hatta, itu kami telat membebaskannya," katanya saat ditemui di Museum Transportasi, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Senin, 16 September 2013.
Menurut Bambang, lahan yang harus dibebaskan di Tangerang untuk pengembangan Bandara Soekarno-Hatta adalah lahan milik warga setempat. Karena pembebasan terlambat dilakukan, harga tanah kini melambung tinggi.
"Ini sebagai pelajaran juga buat kami. Kalau bandara sudah beroperasi, pasti harga tanah di sekitarnya jadi meningkat," ucapnya.
Bambang menambahkan, saat ini PT Angkasa Pura II sedang melakukan negosiasi harga tanah dengan warga sekitar Bandara Soekarno-Hatta. Dengan kondisi seperti ini, lahan-lahan di sekitar Bandara Kualanamu, Deli Serdang, yang akan digunakan untuk pengembangan operasional bandara tersebut, pun harus segera dibebaskan.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti Singayuda Gumay, mengatakan reklamasi bisa menjadi opsi untuk pembangunan landasan atau runway ketiga Bandara Soekarno-Hatta. "Semua opsi itu mungkin, dan itu sedang kami pelajari," katanya.
Hery mengatakan saat ini pemerintah sedang memikirkan langkah untuk membebaskan lahan di wilayah utara bandara tersebut. Untuk alternatif selanjutnya, kemungkinan pemerintah akan mencari lahan di wilayah lain, namun masih di utara, mendekati perairan.
"Nanti ada studi, apakah reklamasi atau bagaimana," ucapnya. Herry menambahkan, pemerintah masih memiliki alternatif lain, yaitu membangun bandara di Karawang, Jawa Barat. Namun, ia menuturkan, pengembangan Bandara Soekarno-Hatta tetap diprioritaskan untuk mengantisipasi pertumbuhan penerbangan.
Sumber Tempo menjelaskan, pemerintah telah mengingatkan PT Angkasa Pura II untuk tetap mengacu pada masterplan pengembangan Bandara Soekarno-Hatta. Ia mengatakan, masterplan yang dibuat pada 1984 menyebutkan ada tiga landasan di Bandara Soekarno-Hatta.
Satu landasan di selatan, dan dua landasan lainnya berada di wilayah selatan. Namun, ia menyebutkan ada kendala pembebasan lahan untuk pembangunan landasan ketiga yang berlokasi di utara bandara. Menurut dia, saat ini kapasitas landasan di Bandara Soekarno-Hatta sudah berlebihan.
"Idealnya, di dua landasan Bandara Soekarno-Hatta, total ada 60 pesawat yang lepas landas dan mendarat per jam," ucapnya. Namun, pada kenyataannya, setiap jam ada 72 aktivitas lepas landas dan pendaratan pesawat di dua landasan bandara tersebut.
Dengan kesulitan pembebasan lahan itu, ia merekomendasikan reklamasi untuk pengembangan Bandara Soekarno-Hatta. "Itu Pantai Indah Kapuk (PIK) saja bisa reklamasi, padahal kan swasta, masak ini pemerintah tidak bisa," katanya.
MARIA YUNIAR
Topik Terhangat:
Penembakan Polisi | Tabrakan Anak Ahmad Dhani | Pencurian Artefak Museum Gajah | Jokowi Capres?
Berita Terpopuler:
Preman Siksa secara Seksual Janda Penjual Kopi
Cerita Masa Kecil Ahok di Bangka Belitung
Inul Daratista Pernah Tidur di Kamar Ahok
Organ Intim Janda Penjual Kopi Diolesi Sambal
MNC: Miss Uzbekistan Sah Mewakili Negaranya