TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan bilateral Indonesia-Rusia sudah berlangsung sekitar 60 tahun. Sejumlah kerja sama telah digodok, terutama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Politik luar negeri Rusia, yang kini cenderung terbuka dengan kebijakannya diberi nama Look East Policy, mendorong aliran investasi ke Indonesia terus meningkat. Sebaliknya, Indonesia juga didorong untuk memetik manfaat dari situasi itu.
“Rusia merupakan pasar yang potensial bagi komoditi Indonesia, seiring perkembangan sistem ekonomi dan perdagangan Rusia yang semakin terbuka,” kata Duta Besar Indonesia untuk Rusia, Djauhari Oratmangun, kepada Maria Rita Hasugian dari Tempo pada awal September 2013. Berikut petikan wawancaranya.
Apa poin-poin penting yang akan dibahas dalam APEC 2013, khususnya dalam bidang kerja sama bilateral Indonesia-Rusia?
Indonesia dan Rusia tentunya akan memanfaatkan forum APEC untuk mendukung upaya-upaya peningkatan kerja sama bilateral kedua negara. Prioritas Indonesia pada Keketuaan APEC 2013, khususnya dalam rangka mencapai implementasi Bogor Goals, mewujudkan kesetaraan dalam pembangunan berkelanjutan dan mendorong terwujudnya konektivitas, relevan dengan Look East Policy Rusia. Dalam hal ini, Indonesia dan Rusia dapat memanfaatkan peluang-peluang kerja sama yang ditawarkan, baik dalam kerangka APEC maupun bilateral. Sebagai dua bangsa yang besar, Indonesia dapat memanfaatkan posisi Rusia untuk memasuki pasar Rusia, termasuk Customs Unions yang mencakup Belarus dan Kazhakstan. Begitu pula, Rusia dapat memanfaatkan posisi Indonesia sebagai pintu masuk Rusia untuk memasuki pasar di kawasan Asia Pasific, termasuk kawasan ASEAN. Dalam kaitan ini, besar harapan Presiden Vladimir Putin dapat hadir dalam KTT APEC 2013 di Bali guna melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Bagaimana komitmen kedua negara dalam meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi?
Platform baru kerja sama bilateral di bidang ekonomi antara Indonesia dan Rusia dimulai pada saat kunjungan Presiden Megawati Sukarnoputri ke Rusia tanggal 21 April 2003, yang sekaligus melakukan penandatanganan Declaration of the Republic of Indonesia and the Russian Federation on the Framework of Friendly Partnership Relations in the 21st Century dengan Presiden Vladimir Putin. Kerja sama bilateral kedua negara tersebut meningkat setelah kunjungan balasan Presiden Vladimir Putin ke Indonesia pada 2007. Kedua negara saat ini telah memiliki mekanisme pertemuan reguler tahunan dalam bentuk Sidang Komisi Bersama (SKB) guna membahas upaya peningkatan kerjasama bilateral, termasuk di bidang ekonomi, seperti perdagangan, investasi dan pariwisata.
Berdasarkan hasil pertemuan SKB VIII, yang diselenggarakan pada tanggal 22-26 Juni 2012 di Moskow antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Bapak Hatta Rajasa dan Wakil Perdana Menteri Rusia H.E Dmitry O. Rogozin, kedua negara sepakat untuk melakukan quick wins, antara lain guna mendorong peningkatan kerja sama ekonomi kedua negara, khususnya di sektor transportasi, pertambangan, dan food security.
Apa tujuan quick wins ini?
Dalam konteks hubungan Indonesia-Rusia, quick wins ditujukan untuk mempercepat terealisasinya program-program kerja sama yang telah disepakati kedua negara, antara lain meliputi bidang pariwisata, yaitu target peningkatan jumlah kunjungan wisatawan Rusia ke Indonesia menjadi 110.000 orang pada 2013. Di bidang investasi, yaitu target realisasi investasi Rusia di Indonesia sebesar US$ 5 miliar sampai dengan 2014. Di bidang perdagangan berupa target pencapaian volume perdagangan bilateral sebesar US$ 5 miliar pada 2015. Untuk pendidikan, mendorong peningkatan sebesar 300 persen jumlah mahasiswa Indonesia yang belajar ke Rusia dan sebaliknya pada tahun ajaran 2013/2014.
Produk apa saja yang paling diminati oleh Rusia dari Indonesia?
Rusia merupakan pasar yang potensial bagi komoditi Indonesia, seiring dengan perkembangan sistem ekonomi dan perdagangan Rusia yang semakin terbuka. Beberapa produk ekspor Indonesia nyatanya dapat mengisi kebutuhan industri dalam negeri Rusia, antara lain minyak kelapa sawit, kopi, teh, coklat, furniture dan produk makanan, seperti buah-buahan tropis, ikan dan produk laut lainnya. Rata-rata peningkatan perdagangan produk tersebut dalam 5 tahun terakhir mencapai 39 persen.
Berapa besar persentase peningkatan perdagangan kedua negara dalam 5 tahun terakhir?
Kerja sama perdagangan antara Indonesia dan Rusia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dari US$ 1,67 miliar pada 2008 menjadi US$ 3,37 miliar pada 2012. Diharapkan pada 2015 nilai perdagangan kedua negara akan mencapai US$ 5 milyar. Dalam kaitan ini, kedua negara sepakat untuk mendorong perdagangan langsung dan diversifikasi produk ekspor. Selain itu, kedua pihak juga sepakat untuk mendorong kerja sama pengusaha mikro, kecil dan menengah kedua negara serta melakukan langkah-langkah penanganan terhadap berbagai hal yang dianggap menghambat realisasi proyek-proyek kerja sama kedua negara (debottlenecking).
Bagaimana cara menangani hambatan (debottlenecking) ?
Melalui Program MP3EI (Masterplan Percepatan Pembangunan Ekonomi Indonesia) , pemerintah mengharapkan terciptanya pengembangan potensi daerah melalui koridor ekonomi. Untuk itu, debottlenecking merupakan fase pertama dalam implementase program MP3EI yang antara lain meliputi debottlenecking regulasi, perizinan, insentif, pembangunan dukungan infrastruktur yang diperlukan, serta realisasi komitmen investasi. Selain itu, pada tahap ini juga diperlukan penguatan konektivitas antar kawasan di Indonesia.
Kerja sama apa saja yang sedang atau sudah disepakati untuk direalisasikan dalam waktu dekat?
Rusia memiliki keunggulan komparatif di sektor infrastruktur, pertambangan, eksplorasi minyak dan gas serta pertanian, khususnya gandum. Dalam beberapa kesempatan pertemuan, para pengusaha Rusia menyatakan ketertarikan untuk melakukan investasi di Indonesia, seperti eksplorasi blok minyak dan gas, pertambangan, pembangunan jaringan kereta api dan infrastruktur maupun joint productions untuk kendaraan berat (KAMAZ) dan pesawat terbang sipil (Sukhoi dan Beriev).
Terkait bidang industri, Indonesia dan Rusia telah sepakat untuk melaksanakan proyek pembangunan jaringan rel kereta api di Kalimantan Timur untuk transportasi batu bara dengan total investasi mencapai US$ 2,5 miliar yang dimulai pada tahun ini. Sementara RusAl, salah satu produsen alumunium terkemuka di dunia, telah menyatakan minatnya untuk berinvestasi di sektor industri pertambangan di Indonesia dengan proyek senilai US$ 2 miliar yang direncanakan akan mulai tahun depan. Di bidang industri otomotif, perusahaan mobil dan kendaraan berat KAMAZ telah menggandeng perusahaan nasional untuk melakukan joint production di Indonesia dan memasarkan produknya ke kawasan Asia Tenggara.
Bagaimana cara Anda menarik minat investasi Rusia ke Indonesia?
KBRI Moskow senantiasa mengupayakan promosi aktif dan intensif kepada para pengusaha Rusia untuk dapat berpartisipasi pada proyek-proyek investasi dalam kerangka MP3EI. Dalam hal ini, Indonesia dapat memanfaatkan keinginan Rusia untuk menjadikan event manufakturing Indonesia sebagai akses Rusia untuk memasuki pasar Indonesia dan kawasan Asia Tenggara, khususnya melalui sektor perdagangan dan investasi. (*)