TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perhubungan Udara Herry Bakti S. Gumay mengakui Indonesia kekurangan pilot domestik. Namun, ia tak mau merinci berapa jumlah kekurangannya.
"Kebutuhan akan pilot sangat banyak. Makanya, ada pilot dari luar negeri untuk menutupi kekurangan pilot domestik," kata Herry usai penandatanganan kesepakatan bersama antara PT Freeport Indonesia dengan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan dan Pemerintah Kabupaten Timika tentang Pengembangan dan Pembangunan Bandar Udara Mozes Kilangin di Jakarta, Kamis, 5 September 2013.
Secara keseluruhan, Herry menambahkan, jumlah total pilot mencapai sekitar 7 ribu orang. "Saya agak lupa, tapi sekitar 7 ribuan," ujar dia. Namun, kata Herry, jika ada perusahaan penerbangan yang mau mengembangkan usahanya, salah satu syaratnya, yakni harus memiliki pilot. Misalnya, jika menambah satu pesawat, maka perusahaan penerbangan harus menambah empat pilot lagi, baik itu dari domestik maupun dari luar negeri.
Terkait dengan jumlah berapa jam maksimal pilot terbang, Herry menyatakan itu ada aturannya. "Kalau tidak salah maksimal 10 jam," tutur Herry. Ia mengklaim tak ada suap agar lolos serta mendapat sertifikat pilot atau kopilot. "Kalau ada suap langsung kita tangkap," ucap Herry.
ERWAN HERMAWAN
Topik Terhangat
Delay Lion Air | Jalan Soeharto | Siapa Sengman | Polwan Jelita | Tes Penerimaan CPNS
Berita Terpopuler
Istri Jaksa Pamer Pistol Juga Kerap Berulah
Jaksa MP 'Pamer' Pistol Pernah Tangani Buruh Panci
Jaksa Pamer Pistol Diperiksa Pengawas Kejagung
Jatah BLSM Diambil Orang, Kakek Ini Meninggal
2 Polisi Bernama Agus, Selamatkan Nyawa Warga