TEMPO.CO, Shanghai -- Cina menjatuhkan hukuman denda bagi tiga perusahaan produsen susu, dua di antaranya Mead Johnson Nutrition Co dan perusahaan susu raksasa Selandia Baru, Fonterra. Sedangkan perusahaan ketiga yang dikenai denda adalah Biostime International Holdings, yang berlokasi di Hong Kong.
Seperti dilansir laman Reuters, denda tersebut terkait penyelidikan atas penetapan harga yang tak kompetitif oleh produsen asing susu formula bayi. Denda tersebut dijatuhkan atas tinjauan Komisi Nasional Pembangunan dan Reformasi (NDRC), dalam penyelidikan penetapan harga di sektor farmasi serta penjualan emas.
Reuters menyebutkan susu formula bayi yang diproduksi perusahaan asing sangat diminati di Cina. Namun, skandal susu terkontaminasi yang terjadi pada 2008 silam membuat angka peminat turun. Saat itu, enam bayi meninggal dan ribuan lainnya jatuh sakit setelah meminum susu yang tercemar melamin beracun.
Hingga saat ini, merek susu asing menguasai lebih dari setengah total seluruh penjualan di Cina dan dapat menjual produknya lebih dari dua kali lipat harga susu formula lokal.
Mead Johnson, produsen susu formula Enfamil, mengatakan akan membayar denda sekitar Rp 339 miliar. Namun, perusahaan yang berbasis di Chicago, Illinois, tersebut tidak memberikan perincian tentang kesalahan yang disebutkan NDRC.
Sedangkan Fonterra, eksportir susu terbesar di dunia, juga tak menyebutkan alasan dikenakannya denda. Perusahaan itu menuturkan akan memberikan pelatihan tambahan untuk staf penjualan dan meninjau kontrak distributor. "Kami percaya penyelidikan memberikan pemahaman mengenai kebijakan harga," kata Kelvin Wickham, Presiden Fonterra bagi regional Cina dan India, dalam sebuah berita pers.
Fonterra terlibat dalam produksi susu bubuk terkontaminasi yang telah menyebabkan penarikan produk tersebut di Cina, Hong Kong, dan beberapa wilayah lain di Asia. Adapun produsen susu Biostime, yang mengimpor sebagian besar produknya, mengatakan pihaknya telah didenda Rp 273 miliar untuk penetapan harga.
Saat ini, NDRC juga tengah menyelidiki perusahaan lain, di antaranya produsen makanan asal Prancis, Danone, Nestle, dan Abbott Laboratories. Seorang juru bicara Abbott mengatakan perusahaannya telah bekerja sama dengan NDRC, namun menolak untuk berkomentar lebih lanjut. Sedangkan pihak Danone dan Nestle menolak berkomentar.
LINDA HAIRANI | REUTERS