TEMPO.CO, Jakarta -“Siapa yang mau jadi Dirut Pertamina?,” Tanya Galaila Karen Agustiawan ini di depan 450 siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Cikampek. Semua siswa pun angkat tangan, bahkan ada juga beberapa guru yang ikut angkat tangan.
Karen mengaku sudah lama menyukai kegiatan mengajar. Ia sering mengisi kuliah umum di Universitas Diponegoro Semarang, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, dan Universitas Indonesia. Ia terinspirasi film favoritnya To Sir with Love, yang mengisahkan seorang guru yang diperankan Sidney Poitier dalam mendidik anak-anak nakal di Bronx, New York.
Soal nakal, Karen adalah ratunya. Saat bersekolah di SMA Negeri 3 Bandung, ia pernah mengajak teman-temannya satu kelas “cabut” untuk makan pempek di Jalan Setia Budi. Alasannya bolos sepele, ia tidak terima guru kimia di sekolahnya digantikan dengan guru baru. Keesokannya, Karen pun dipanggil kepala sekolah, diminta membawa ayahnya, dan disuruh meminta maaf. Kalau tidak, ia terancam tidak ikut ujian akhir.
Raden Asiah Hamimzar, sang ibu, memarahinya karena itu bukan pertama kalinya Karen berbuat “gila”. Sekolah sudah sering memanggil ibunya. Kali ini mereka ingin ayahnya yang hadir. Padahal sang ayah sedang dinas di Austria. "Saya itu tomboi, sekolah naik motor, meski tidak punya SIM," ucapnya.
Cita-cita Karen saat itu adalah menjadi arsitek. Tapi sang kakak nomor dua, Lily Dahlia Kuswardani, menyarankan agar dirinya mengikuti kuliah di bidang energi. Karen gamang karena sang ayah juga menuntutnya menjadi dokter.
Awalnya Karen menuruti kemauan ayahnya, masuk ke Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Bandung, lewat jalur SKALU (Sekretariat Kerja Sama Antar-Lima Universitas). Tapi ternyata, ia takut darah dan tidak suka hafalan, sehingga memilih keluar, lalu masuk Jurusan Teknik Fisika ITB. Sang ayah tak keberatan. “Kamu lahir telanjang, keluar dari rumah ini juga telanjang, kecuali dengan ijazah yang kamu bawa,” kata Karen, menirukan perkataan ayahnya.
HERU TRIYONO