TEMPO.CO, Jakarta - Selama April, pengiriman timah dari Indonesia menurun tajam hingga 16 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Penurunan yang disebut paling tajam dalam lima bulan terakhir ini dipicu melorotnya harga timah di pasar dunia sehingga smelter memotong jumlah produksi mereka.
Wakil Ketua Komite Timah Indonesia, Rudy Irawan, mengatakan penurunan ekspor timah pada April lalu karena selama tiga bulan terakhir telah terjadi pengiriman timah secara besar-besaran. "Ekspor timah mencapai lebih dari 9.000 ton," kata Rudy saat dihubungi Tempo, Kamis, 9 Mei 2013.
Rudy berpendapat bahwa ekspor besar-besaran terjadidi karenakan adanya perubahan peraturan Permendag No 4 Tahun 2007. Sesuai Undang-undang tersebut, hasil tambang harus diolah terlebih dahulu di dalam negeri sebelum diekspor. Perubahan itu dimaksudkan untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan industri hilir tambang. "Mungkin ekspor besar-besar sebelumnya terjadi akibat peraturan baru yang akan mulai diberlakukan per juli tahun ini," ujarnya.
Data yang dikutip Bloomberg menyebutkan, volume ekspor timah Indonesia turun hingga 7.853,1 metric tons di bulan April. Sebelumnya, di bulan Maret volume ekspor mencapai 9,295.7 ton. Pada tahun 2012 volume ekspor mencapai 7,489.3 per tahun.
Presiden Asosiasi penambang timah, Hidayat Arsani, menilai penurunan ekspor timah itu karena harganya turun hingga 13 persen di pasar Timah London. Harga timah saat ini $ 20,41 per ton. "Turunnya harga ini membuat industri timah memotong nilai produksi mereka karena harga di bawah biaya produksi," ujar Hidayat.
WINNIE AMALIA R