TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom dari PT Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih, mengatakan upaya Jepang merelokasi perusahaannya ke Indonesia merupakan langkah untuk menghindari konflik dengan Cina. Sebelumnya, Cina dan Jepang pernah terlibat perebutan pulau tak berpenghuni yang disebut Senkaku oleh Jepang atau Diaoyu oleh Cina.
"Sinyal ini sudah terlihat dari awal tahun di mana saat Jakarta banjir, tetap ada kunjungan dari Shinzo Abe," kata Lana saat dihubungi, Senin, 11 Februari 2013.
Jepang, menurut Lana, hendak menghindari perselisihan dengan Cina akibat perebutan pulau yang diduga menyimpan cadangan gas alam yang sangat besar. "Apalagi Cina masih bisa menguasai ekonomi dunia, jadi kepercayaan diri Cina makin besar," kata Lana.
Selain itu, Jepang juga melihat upah buruh di Indonesia terhitung masih lebih rendah dibandingkan di Cina. "Belum lagi produktivitas yang tidak jauh berbeda antara Indonesia dan Cina," ujarnya. Bahkan meski ada tekanan buruh di Indonesia besar, buruh di sini cenderung lebih menurut. "Buruh Indonesia relatif lebih penurut."
Pasar domestik di Indonesia juga masih relatif besar. Menurut Lana, Jepang tidak harus membuka kawasan industri di Jawa Barat, melainkan di tempat baru seperti Jawa Tengah. "Di Karawang juga bisa, tapi di daerah Majalengka dan Garut," ujarnya.
Lana menambahkan, kedatangan perusahaan-perusahaan Jepang ini pun tak berpengaruh besar terhadap kinerja perusahaan lain di Indonesia. "Jarang ada perusahaan lokal asli Indonesia yang bergerak di manufaktur. Tantangan terbesar Jepang itu baru Korea," ujarnya.
Menteri Perindustrian Mohamad Soleman Hidayat mengatakan Kansai Economic Federation (Kankeiren) bakal melakukan relokasi besar-besaran. Mereka direncanakan bakal mengisi kawasan industri baru seluas 3 hektare di Karawang.
AYU PRIMA SANDI