TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan menyatakan rute-rute yang selama ini dioperasikan Batavia Air akan dialihkan ke maskapai lain. "Siapa pun yang meminta akan langsung kami beri izin," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Herry Bakti Singayuda Gumay, dalam konferensi pers di kantornya, Rabu, 30 Januari 2013.
Gumay menuturkan, akibat keputusan pailit ini, Batavia Air hanya akan memiliki 14 pesawat. Sedangkan 19 pesawat lainnya ditarik. Dari 14 pesawat itu, hanya 7 unit yang beroperasi. Jika Batavia Air tetap mengoperasikan tujuh pesawat yang berusia tua, menurut Herry, kondisi maskapai itu akan bertambah buruk.
Kementerian Perhubungan sebenarnya sudah menduga Batavia Air akan dipailitkan. "Kami sudah tahu, pada saat Batavia Air ada rencana untuk dijual ke Air Asia," kata Herry.
Kementerian Perhubungan, menurut dia, telah mengawasi dan memanggil Batavia Air dua kali. Herry mengatakan Batavia Air berencana melakukan restrukturisasi setelah gagalnya pembelian oleh AirAsia. Ia menjelaskan, audited cash flow Batavia Air pada 2011 dalam kondisi baik. "Yang 2012, kami belum tahu, rupanya langsung drop," ujar Herry.
Herry menuturkan, Batavia Air digugat pailit oleh International Lease Finance Corporation (ILFC), yang berkantor pusat di Amerika Serikat. Perusahaan penyewaan pesawat itu memiliki dua pesawat Airbus 330.
Pesawat jenis itulah yang menjadi awal adanya gugatan kepada Batavia Air. ILFC menggugat karena timbul utang besar oleh Batavia Air, yang menyewa pesawat tersebut. "Itu pemicu Batavia Air dipailitkan," kata Herry.
Kementerian Perhubungan pun telah meminta Batavia Air melakukan efisiensi. Menurut Herry, maskapai tersebut telah mengurangi banyak rute untuk efisiensi, dari 64 rute menjadi 44 rute. Namun pemerintah tidak bisa mencampuri urusan keuangan Batavia Air terlalu dalam.
MARIA YUNIAR
Terpopuler:
Suswono Bantah Terlibat Kasus Suap Impor Daging
Dahlan Setuju Gas Elpiji 12 Kg Naik, DPR 'Teriak'
Dahlan Iskan Tak Percaya ASDP Korupsi
2.500 Buruh Pabrik di Tangerang Di-PHK
Tempo Targetkan Rp 20 Miliar dari Anak Usaha Baru
150 Ribu Pekerja Terancam Tak Dibayar Sesuai UMK
Garuda Bangun Bengkel Pesawat senilai Rp 500 Miliar