TEMPO.CO, Surabaya - Penjualan kakao jenis bulk diperkirakan akan mengadapi masa suram pada tahun 2013 ini. Serangan hama telah membuat kualitas dan kuantitas produksi kakao menurun, sehingga harganya pun anjlok.
Sekretaris perusahaan PT Perkebunan Nusantara XII (persero), Herry Purwanto, mengatakan, perseroan selalu membukukan kerugian pada penjualan hasil budi daya coklat selama tiga tahun terakhir. "Untuk itu, tanaman kakao yang produktivitasnya rendah dan tidak berprospek segera digantikan tanaman tebu," kata Herry kepada Tempo, Senin, 28 Januari 2013.
Herry merinci, penjualan kakao jenis edel telah membuat perusahaan merugi Rp 1,2 miliar pada 2011. Tahun 2012, untung Rp 364 juta. Dan estimasi laba pada 2013 sebesar Rp 1,8 miliar. Sedangkan penjualan kakao jenis bulk pada 2011 merugi Rp 14,6 miliar. Kerugian berlanjut pada 2012 senilai Rp 5,4 miliar dan diprediksi terjadi kembali tahun ini sebesar Rp 3,5 miliar.
Penjualan kakao berkontribusi sebesar 8 persen dari total laba perseroan pada 2012 sebesar Rp 127 miliar. Pada 2013, PTPN XII menargetkan laba bersih Rp 130 miliar. Dengan konversi lahan tanaman coklat menjadi tebu, diharapkan mendulang laba di atas Rp 25 juta per hektare. "Itu juga langkah menyiapkan lahan tebu untuk pasokan pabrik gula Glenmore yang berkapasitas giling 8.000 TCD. Butuh 10 ribu hektare lahan tebu," ucap Herry.
Celakanya, masa suram penjualan kakao diiringi tren harga jual kakao yang terus anjlok. Jenis kakao edel high grade, realisasi rata-rata harga jual pada 2012 sebesar US$ 4,54, turun dibandingkan tahun sebelumnya US$ 4,94. Hal serupa juga terjadi pada low grade dengan realisasi rata-rata jual tahun 2012 sebesar Rp 16.654 per kilogram, atau turun ketimbang tahun 2011 sebesar Rp 34.804.
Hal serupa terjadi pada jenis kakao bulk high grade. Realisasi rata-rata harga jual pada 2012 sebesar US$ 2,73, turun ketimbang rata-rata harga jual tahun 2011 senilai US$ 3,55. Tahun 2013, ia memperkirakan, harga jual kakao kembali turun. Untuk edel high grade sebesar US$ 4,20 dan low grade Rp 14 ribu. Kakao bulk high grade menjadi US$ 2,50 dan low grade turun hingga Rp 12 ribu per kilogram.
Herry menambahkan, produksi kopi juga diperkirakan menurun. Tahun 2012, realisasi produksi kopi PTPN XII sebesar 6.520 ton, terdiri dari kopi arabica sejumlah 3.020 ton dan kopi robusta 3.500 ton. Tahun ini, pihaknya hanya memproduksi kopi sebesar 4.100 ton, terdiri dari kopi arabica 1.600 ton dan robusta 2.500 ton.
Sebaliknya, produktivitas teh akan naik karena iklim bagus. Targetnya, produksi meningkat dari 2.600 ton di tahun lalu, menjadi sekitar 2.750 ton di tahun 2013.
DIANANTA P. SUMEDI