TEMPO.CO, Banyuwangi -- Harga itik pedaging di Banyuwangi, Jawa Timur, mulai anjlok menyusul isu virus flu burung (H5N1) yang semakin merebak. Ketua Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia (Himpuli) Banyuwangi, Mujiono, mengatakan pada November lalu harga itik pedaging masih sebesar Rp 40 ribu per ekor.
“Namun, saat ini harganya turun hingga Rp 32 ribu per ekor. Kami khawatir harga akan terus turun," katanya kepada Tempo, Selasa, 11 Desember 2012.
Turunnya harga itik pedaging, menurut dia, disebabkan permintaan konsumen merosot setelah ramainya pemberitaan virus flu burung yang menyerang itik. Biasanya Mujiono bisa memasok 100-200 ekor itik pedaging setiap hari ke pengepul.
“Saat ini permintaan itik semakin tidak menentu. Padahal, Banyuwangi belum ada kasus itik mati karena flu burung."
Belum lama ini, ditemukan ratusan ribu unggas jenis itik milik peternak di Pulau Jawa mati mendadak. Kematian itik terbanyak itu terjadi di empat provinsi, yakni Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Barat.
Kementerian Pertanian memastikan kasus matinya ribuan itik di beberapa daerah akibat virus Avian influenza atau yang lebih dikenal dengan flu burung (H5N1). Namun, virus yang menyerang itik ini berasal dari varian atau kelompok virus yang berbeda dari sebelumnya.
Varian virus baru berkode 2.3.2 yang menyerang itik ini mirip dengan virus flu burung yang berasal dari sejumlah negara. Kemiripan virus yang awalnya banyak menyerang ayam ini ternyata telah ada di Vietnam, Cina, Laos, dan Thailand.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan Banyuwangi Bambang Sugianto mengatakan belum ada laporan kasus flu burung menyerang unggas di Banyuwangi. Meskipun begitu, Dinas Peternakan meminta peternak untuk meningkatkan biosecurity pada kandang.
"Salah satu cara biosecurity adalah dengan sering menyemprot kandang dengan desinfektan," katanya.
Populasi unggas di Banyuwangi tercatat 256.119 ekor itik, 25.227 ekor entok, 1.116.760 ekor ayam buras, 588.899 ekor ayam petelur dan 520.437 ayam pedaging.
IKA NINGTYAS