TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Himpunan Wiraswasta Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Eri Purnomohadi mendukung masuknya pengusaha swasta ke bisnis hilir migas. Namun dia berharap Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) mengutamakan pengusaha swasta nasional daripada asing.
"Ini supaya pengusaha-pengusaha Indonesia tumbuh. Untuk jangka panjang, tentu lebih untung membesarkan pengusaha Indonesia daripada pengusaha asing," kata Eri di Jakarta, Rabu, 5 Desember 2012.
Eri mengakui kehadiran pihak swasta asing sekarang semakin mengancam dunia usaha di Indonesia. Dia mencontohkan, di berbagai pusat perbelanjaan, merek-merek asing menguasai pasar.
Eri berharap serbuan asing ini tak ikut merangsek pasar bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi di Indonesia. Pasalnya, menurut Eri, jika ini terjadi, perusahaan Indonesia akan kesulitan bersaing. "Seperti Shell itu, sulit karena modal mereka luar biasa besar dibandingkan di sini, teknologi dan jaringan mereka juga lebih mapan."
Eri mengakui para pengusaha SPBU bisa saja memilih untuk menjadi pemegang merek asing jika secara finansial lebih menguntungkan. Namun, dia menegaskan, secara ekonomi lebih untung ikut membesarkan Pertamina atau badan usaha penyalur BBM Indonesia.
"Pertamina ada di Indonesia. Dividennya juga untuk Indonesia. Mereka pakai tenaga kerja Indonesia. Kalau yang asing tentu tingkat manajemen dari orang-orang asing," Eri mengatakan.
Pada tender penyaluran BBM bersubsidi 2013 yang digelar Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas), terdapat tiga peserta tender dari swasta. Dua adalah swasta nasional, yaitu PT Surya Parna Niaga dan PT AKR Corporindo Tbk, sementara satu lagi adalah swasta asing, PT Shell Indonesia.
Masuknya Shell Indonesia yang disebut membidik pasar BBM bersubsidi di Jawa sempat mendatangkan protes dari beberapa pihak. Keterlibatan swasta, terutama asing, dalam penyaluran BBM bersubsidi dinilai tidak tepat.
Ery mengatakan, jika swasta asing nantinya kembali masuk menyalurkan BBM bersubsidi di Indonesia, pemerintah harus memberikan sejumlah syarat. "Boleh saja masuk di Jawa, tapi mereka harus bangun SPBU di daerah terluar, misalnya Maluku Utara. Misalnya, dapat satu SPBU di Jawa, kalau bangun satu di perbatasan. Jangan kasih pasar dengan gratis, ini sebenarnya modal," kata Eri.
Pada tender untuk penyaluran BBM bersubsidi 2013, BPH Migas menyatakan Shell tak lolos tender. Pada penyaluran BBM bersubsidi 2012, PT Petronas Niaga Indonesia juga mendapat kuota penyaluran BBM bersubsidi. Namun usaha SPBU Petronas di Indonesia kurang berhasil dan sejumlah SPBU Petronas ditutup.
BERNADETTE CHRISTINA
Berita Terpopuler:
Rhoceng, Rhoma-Aceng untuk 2014 Ramai di Twitter
Golkar Tak Mau Dipermalukan Bupati Aceng
Jokowi Ngotot Harga Tiket MRT 1 Dolar
Bos Antivirus McAfee Tertangkap di Meksiko
Banyak Tekanan, Fany Octora Batal ke Komnas Anak