TEMPO.CO, Manila - Bank Pembangunan Asia (ADB) menambah pinjaman senilai US$ 300 juta (Rp 2,85 triliun) kepada Indonesia untuk membantu mendorong keyakinan investor. Terutama untuk ekspansi pembiayaan nonbank, mendorong permintaan produk pasar modal, dan perkembangan produk asuransi syariah.
“Seiring dengan tumbuhnya masyarakat kelas menengah, Indonesia butuh mengamankan permintaan domestik dan mendorong belanja pada investasi penting, seperti infrastruktur dan jasa sosial,” ujar ahli senior Departemen Jasa Keuangan Asia Tenggara ADB, Stephen R. Schuster, dalam keterangan tertulisnya, Senin, 24 September 2012.
Menurut dia, kemampuan pemerintah memenuhi target pembangunan bergantung pada upaya untuk mendorong partisipasi investor dan sektor jasa keuangan yang terbuka.
Dia menjelaskan, pinjaman US$ 300 juta tersebut akan digunakan untuk memperbaiki operasi regulator lokal serta memperdalam pembiayaan nonbank dan pasar modal.
Pinjaman akan ditawarkan melalui program integrasi dan pembangunan pasar keuangan. Termasuk mendorong integrasi Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan ke dalam Otoritas Jasa Keuangan.
Menurut Schuster, Indonesia perlu meningkatkan partisipasi investor di pasar modal dan lembaga keuangan nonbank serta membuka tabungan jangka panjang.
Target dari program ini adalah meningkatkan aset sektor keuangan nonbank menjadi 65 persen dari produk domestik bruto pada 2014, dari 60 persen pada 2010.
Selain itu, juga untuk meningkatkan level kepemilikan domestik atas surat berharga negara (SBN) menjadi 73 persen pada 2012 dari 70 persen di 2010.
ABDUL MALIK
Berita terpopuler lainnya:
Boeing Siap Bantu Industri Pesawat Indonesia
Indonesia Diklaim Lebih Baik dari OECD dan BRICS
Bursa dan Bapepam Minta Penjelasan Bumi Resources
DPR:Produk Gadai Emas Bank Syariah Bermasalah
Perbankan Sambut Baik Keputusan MK Soal Piutang
SBY: Rencana Ekonomi RI Ambisius
Merpati Datangkan 60 Pesawat dari Hong Kong