TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Pertekstilan Indonesia menyatakan kinerja ekspor mengalami penurunan. "Ekspor negara-negara ASEAN naik, hanya Indonesia yang turun," kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia Ade Sudradjat dalam konferensi pers di kantornya, Jumat, 21 September 2012. Ia menyebutkan, untuk pasar Uni Eropa, kinerja ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Vietnam ke Eropa mengalahkan posisi Indonesia.
Ekspor Vietnam naik 3,4 persen. Sedangkan ekspor tekstil dan produk tekstil Kamboja ke Eropa meningkat 41,9 persen. Ekspor Indonesia sendiri ke Eropa minus 9,6 persen.
Menurut Ade, kinerja ekspor Indonesia mengalami penurunan akibat dampak kebijakan pemerintah. Ia menjelaskan, pada akhir 2011, Kementerian Keuangan mengeluarkan kebijakan mencabut fasilitas Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Ia menyebutkan, sebetulnya peraturan Menteri Keuangan baik karena bea masuk sudah nol.
Namun, kata Ade, pajak pertambahan nilai (PPN) tidak bisa ditangguhkan, dan harus dibayar terlebih dahulu. Sedangkan, Ade menjelaskan, proses restitusi tidak berjalan dengan semestinya. Ia mengatakan, proses tersebut tidak berada di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, melainkan Direktorat Jenderal Pajak.
Ia menyebutkan, persyaratan untuk restitusi masih terlalu tinggi. "Hanya ada satu dari seribu perusahaan yang bisa restitusi," kata Ade. Ia menilai hal tersebut akhirnya otomatis menyebabkan kinerja ekspor menurun.
MARIA YUNIAR
Berita lain:
Kedubes AS Ditutup, Perdagangan Indonesia-AS Jalan
Investor Asing Mulai Minati e-Commerce Indonesia
Bandara Banyuwangi Penyangga Juanda dan Ngurah Rai
Maskapai Lokal Angkut 50 Persen Penumpang Internasional
MUI Bantah Lobi Label Halal di UEA Gagal