TEMPO.CO, Jakarta - Kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah masih berlanjut pada perdagangan kemarin. Hal ini terlihat dari naiknya kurva IBPA-IGSYC (IBPA-Indonesia Government Securities Yield Curve) sebesar 4,4 bps di sepanjang tenor 1-30 tahun.
Berdasarkan masing-masing kelompok tenor, tercatat rata-rata imbal hasil di tenor panjang mengalami peningkatan tertinggi. Rata-rata yield pada tenor pendek (1-4 tahun) naik 1,2 basis point (bps), untuk tenor sedang (5-7 tahun) naik 4,1 bps, dan untuk tenor panjang (8-30 tahun) juga naik 4,9 bps.
Nilai tukar rupiah kemarin juga ditransaksikan melemah 15 poin (0,16 persen) menjadi 9.534 per dolar Amerika Serikat.
“Belum adanya sentimen yang mampu meningkatkan gairah investor di pasar obligasi membuat aksi risk aversion (keengganan mengambil risiko) masih terlihat setelah libur panjang Lebaran,” kata Tumpal Sihombing, Corporate Secretary Indonesia Bond Price Agency (IBPA).
GBIX-effective yield index (indeks yang hanya menghitung keuntungan dari pergerakan yield) mengalami peningkatan 0,62 persen ke level 6,2162 persen dari sebelumnya 6,1785 persen. Sedangkan GBIX-clean price index (indeks yang hanya menghitung keuntungan dari pergerakan harga) mengalami penurunan 0,4103 poin (0,31 persen) ke posisi 130,0586 dari posisi sebelumnya 130,4689.
Sejalan dengan turunnya harga obligasi, maka GBIX-total return index (indeks yang menghitung semua potensi keuntungan) juga turun 0,4533 poin (0,25 persen) ke 182,4892 dari sebelumnya di 182,9425.
Di awal pekan kemarin, menurut Tumpal, aktivitas perdagangan obligasi mulai menampakkan peningkatan meskipun antusias investor sepertinya masih mengalami ganjalan karena belum adanya kepastian global serta minimnya sentimen positif di pasar domestik. Total frekuensi tercatat naik 45,57 persen menjadi 345 kali dari sehari sebelumnya 237 kali transaksi, terutama terjadi pada tenor pendek.
Sebaliknya, total volume tercatat menurun tipis sebesar 3,03 persen menjadi Rp 3,71 triliun dari perdagangan sebelumnya Rp 3,82 triliun. Obligasi pemerintah yang paling aktif diperdagangkan adalah seri FR0058, dengan volume Rp 1,08 triliun dan frekuensi 109 kali. Sedangkan untuk obligasi korporasi adalah Obligasi Medco Energy International III tahun 2012 (MEDCO03), dengan volume Rp 56 miliar dan frekuensi 10 kali.
Dari faktor global, yang menjadi fokus pasar saat ini masih terkait dengan zona Eropa dan Amerika Serikat. Investor sedang menantikan keputusan Gubernur Bank Sentral AS (The Fed) di akhir pekan ini. “Sementara di Eropa juga sedang menunggu hasil pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB), langkah yang akan diambil untuk meredam imbas dari krisis utang kawasan yang berkepanjangan,” ujarnya.
Hari ini, pemerintah akan kembali mengadakan lelang Surat Utang Negara dengan target indikatif senilai Rp 6 triliun dalam lima seri, yakni SP12130812, FR0060, FR0063, FR0065, serta FR0062.
VIVA B. KUSNANDAR
Berita terpopuler
OJK Buka Lowongan 2500 Pegawai
Menteri Dahlan Ogah Bantu Merpati Lagi
Dahlan : Pembangunan 15 Pabrik Rampung Tahun 2013
Benahi Armada, Merpati Sewa Boeing Next Generation
Proyek Monorail Jakarta Tak Gunakan APBD