TEMPO.CO, Yogyakarta- Kepala Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada, Heru Sutomo, memberi saran kepada Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Pemerintah Kabupaten Kulon Progo agar mematangkan konsep masterplan pembangunan bandar udara baru dengan kajian nilai ekonomis wilayah.
Menurut dia, kajian semacam itu bisa meyakinkan pihak swasta yang akan berinvestasi dalam pembangunan bandara itu. "Keterlibatan dana swasta bisa membantu karena dana pemerintah akan lebih berguna untuk mengembangkan potensi ekonomi kawasan sekitar bandara," kata Heru, Senin 13 Agustus 2012.
Tantangan terbesarnya, kata Heru, adalah pengembangan kota bandara sebagai kawasan ekonomi penyangganya. Pembangunan bandara baru di Kecamatan Temon, Kulon Progo, itu, kata dia, juga membutuhkan pembangunan jalur rel dan jalan raya yang bisa membuka hubungan kawasan itu dengan kawasan pusat kota di DIY. Ha itu tentu membutuhkan dana besar. "Pihak swasta harus diyakinkan dengan menampilkan kajian nilai ekonomis wilayah serta berbagai insentif," ujar Heru.
Keterlibatan investor swasta, menurut Heru, bisa membuat rencana pembangunan bandara baru itu dilaksanakan secara realistis dua tahun mendatang. Menurut dia, target itu bisa tercapai jika pemerintah pusat dan pemerintah daerah benar-benar solid dalam bekerja sama. "Swasta butuh banyak insentif agar mau masuk, misalnya kemudahan soal lahan, izin, dan regulasi lainnya," kata dia.
Selain itu, Heru menambahkan, politik kebijakan pembentukan wilayah yang mengalihkan pusat keramaian perlu diberlakukan. Investasi di sektor properti harus mulai diarahkan untuk menjangkau kawasan Wates hingga kawasan lain di sekitar Kecamatan Temon. "Wilayah ini harus ramai agar punya nilai ekonomis dan membuat swasta tertarik berinvestasi," kata Heru.
Dia memprediksi pihak swasta akan mempertimbangkan faktor kemudahan akses transportasi dan demografi sekitar kawasan bandara saat berniat memberikan investasi. Dengan kondisi seperti sekarang, investasi swasta di bandara baru di Kecamatan Temon akan memberikan profit dalam periode agak lama. "Agar efektif, pembangunan bandara baru sekaligus kota penyangganya harus melibatkan dana pemerintah dan swasta," ujar dia.
Sebelumnya, rencana pembangunan bandara internasional di Kulon Progo didasari hasil studi kelayakan konsultan dari Republik Cek. Keputusan terbaik dari seluruh aspek, seperti tanah, sisi operasi, dan safety, bandara itu dibangun di wilayah Kulon Progo.
"Bandara baru ini akan memiliki daya tampung 28 pesawat, terdiri atas 11 garbarata dan 17 di sisi samping landasan," kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Herry Bakti seusai pemaparan masterplan pembangunan bandara dengan PT Angkasa Pura, investor asal India GVK, dan Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan, Kamis lalu.
ADDI MAWAHIBUN IDHOM