TEMPO.CO, Hong Kong - Surplus neraca perdagangan Cina menyusut secara tak terduga pada bulan Juli kemarin karena ekspor hampir tidak tumbuh dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Di lain pihak, impor sedikit meningkat, menurut data yang dirilis pemerintah Beijing hari ini, Jumat, 10 Agustus 2012.
Data–data yang baru keluar menunjukkan lesunya perekonomian Negeri Tirai Bambu yang seperti kekurangan darah. Data keluaran industri dan penjualan retail yang dirilis sebelumnya juga menunjukkan pelambatan sehingga memicu kecemasan atas prospek perekonomian negeri dengan perekonomian terbesar di dunia saat ini. Imbasnya akan berpengaruh terhadap bursa saham, komoditas, serta mata uang yang dianggap berisiko seperti dolar Australia.
Surplus perdagangan Cina bulan Juli kemarin turun menjadi US$ 25 miliar dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai US$ 31,7 miliar. Ini berarti juga lebih rendah dari perkiraan analis yang disurvei oleh Dow Jones Newswire sebesar US$ 35,2 miliar.
Kinerja ekspor hanya naik 1 persen dibanding periode yang sama tahun lalu, sedangkan impor meningkat 4,7 persen dibandingkan dengan ekspektasi sebelumnya ekspor akan meningkat 8 persn dan impor tumbuh 7 persen. Pada bulan Juni, ekspor Cina berhasil meningkat 11,3 persen, sedangkan impornya tumbuh 6,3 persen.
“Data terakhir yang dirilis secara dramastis berada di bawah perkiraan sebelumnya. Ini merupakan hasil yang terburuk sejak November 2009,” kata ekonom IHS Global Insight, Alistair dan Xianfan Ren, dalam menyoroti dampak eksternal terhadap perekonomian. “Hal ini menegaskan bahwa data ekpor yang menguat di bulan Mei dan Juni berakhir anomali,” kata mereka.
“Investor langsung bereaksi dan mencoba melepas portofolionya pada aset yang dianggap berisiko hari ini ditambah data aktivitas dan keluaran pabrik yang kurang menggembirakan,” tutur Michael Turner dalam sebuah laporannya.
Bursa Shanghai siang ini turun 0,21 persen, bursa Hong Kong melemah 0,79 persen, bursa Australia susut 0,63 persen, bursa Tokyo jatuh 0,97 persen, serta bursa Singapura juga turun 0,25 persen.
Pada transaksi elektronik pasar Asia, harga emas juga turun US$ 4,3 (0,27 persen menjadi US$ 1.615,9 per troy ounce. Harga minyak mentah terkoreksi 21 sen (0,22 persen) ke US$ 93,15 per barel. Sedangkan indeks dolar AS terhadap enam mata uang utama dunia menguat tipis 0,009 poin ke level 82,647.
MARKETWATCH | VIVA B. K
Berita Terpopuler:
Gubernur Fauzi Bowo Bungkam Soal Video di Youtube
Rhoma Irama, Kanan-Kiri Kena Jerat Hukum
Ahmad Yani: Bambang Widjajanto Jangan Seperti Preman
Kunjungi Korban Kebakaran, Fauzi Sindir Jokowi
Unsur Pidana Rhoma Irama Terbukti
Panwaslu: Celotehan Foke Melanggar Etika Politik
Robert Pattinson Ogah Bertemu Kristen Stewart
Santri Relawan Fauzi Bowo Dipukul di Jelambar Baru
Begini Nasehat SBY Kepada KPK dan Polri
Istri Kim Jong Un Pakai Tas Seharga 1,8 Juta Won