TEMPO.CO, Jakarta - Head of Public Affairs Carrefour, Satria Hamid Ahmadi, menjelaskan produk hortikultura yang ada di gerai mereka 60 persen berasal dari impor. "Sisanya dari lokal," ujar Satria, Selasa 22 Mei 2012. Persentase tersebut berdasarkan data pasokan dari bulan Januari 2012 sampai saat ini.
Proporsi tersebut, kata Hamid, bukan karena pelanggan lebih menyukai produk impor, tapi kemampuan petani yang terbatas. Carrefour merasa kesulitan dengan jaminan pasokan produk dari petani karena kendala musim, pola tanam, dan cuaca yang ekstrem.
Misalnya mangga gedong yang hanya bisa disuplai ke lima toko Carrefour, dari total toko keseluruhan. "Padahal pelanggan kami suka. Itu pun dua hari langsung habis," kata dia.
Produk hortikultura impor yang digemari pelanggan biasanya jeruk dan anggur. Kedua jenis buah tersebut sulit didapat dari petani lokal dan biasanya harganya mahal. "Kami biasanya sangat aktif mencari buah dan sayur ke sentra-sentra pertanian lewat local buyer kami," ujar dia.
Peraturan pemerintah mengenai pembatasan impor hortikultura,menurut Hamid, sangat tidak efisien. Sebab biaya akan bertambah sebanyak 20 persen yang kesemuanya akan dibebankan ke pembeli. "Selain itu retail bukan hanya Carrefour, penjual di pasar pun adalah peritel. Jadi akan ada banyak pihak yang dirugikan," katanya.
ELLIZA HAMZAH