TEMPO.CO , Jakarta : Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyetujui rencana penyatuan zona waktu Indonesia. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hatta Rajasa, persetujuan diberikan saat Presiden menerima laporan resminya. "Saya sendiri sudah menyampaikan, (dan) Bapak Presiden setuju," kata Hatta di sela Rapat Koordinasi Nasional III Tim Pengendalian Inflasi di Hotel Sahid, Jakarta, Kamis 17 Mei 2012.
Maret lalu pemerintah melontarkan rencana penyatuan zona waktu nasional, sehingga Indonesia hanya menggunakan Waktu Indonesia Bagian Tengah atau GMT (Greenwich Mean Time) + 8. Dampaknya, tak ada perbedaan waktu antara Indonesia dan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia. Saat ini Indonesia masih menggunakan tiga zona waktu, yakni Waktu Indonesia Bagian Barat (WIB), Waktu Indonesia Bagian Tengah (Wita), dan Waktu Indonesia Bagian Timur (WIT).
Hatta mengatakan penyatuan diharapkan sudah terlaksana tahun ini. "Pokoknya tahun ini, kami percepat," kata dia. Penyatuan zona waktu ini diharapkan bisa memicu efisiensi dan efektivitas dalam perekonomian. Sebab, dengan kondisi sekarang (tiga zona waktu), terdapat perbedaan jam operasional. "Kalau sekarang timur (WIT) sudah mulai bekerja dua jam, dan Singapura sudah mau making profit, kita baru mulai," ia menuturkan.
Hatta mengklaim nyaris tidak ada penolakan terhadap rencana penyatuan zona waktu. Meski demikian tetap diperlukan sosialisasi. Sebab, kalau tidak, bakal timbul masalah dalam pelaksanaannya. "Nanti orang di sana masih tidur padahal sudah jam kerja."
Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia Bidang Moneter, Fiskal, dan Kebijakan Publik, Haryadi Sukamdani, mengatakan penyatuan zona waktu nasional bakal berpengaruh positif pada perekonomian. "Karena kita bergerak dalam satu rentang waktu. Kalau kita sama di lokal dan sama dengan regional, akan lebih kompetitif," ujarnya.
Waktu kerja yang sama di dalam negeri dan dengan negara sekawasan akan membuat aktivitas ekonomi lebih efisien. "Jam bursa dan kliring juga sama," ujar Haryadi.
Haryadi mengungkapkan kesamaan zona waktu dalam satu negara bukan hal baru. Dia mencontohkan Cina, yang juga menggunakan zona waktu yang sama di seluruh wilayahnya.
Ekonom Bank Mandiri, Destri Damayanti, sangsi penyatuan zona waktu bisa dimulai tahun ini. Dia mempertanyakan kesiapan infrastruktur ekonomi. "Bursa, transaksi pencatatan based on time, apakah switch-nya akan mudah?" ujarnya. Dia mengingatkan rencana itu tidak mudah karena bukan hanya masalah perubahan jam kerja, tapi juga menyangkut perubahan sistem.
Namun Destri mengakui penyatuan zona waktu bagus bagi aktivitas ekonomi. Selama ini pasar di kawasan bergerak lebih dulu. Di pasar modal, misalnya, bursa kalah cepat satu jam dibanding Singapura. "Ketika regional tertekan, kita terima jadi. Padahal, kalau mulai bersama, bisa berbeda karena kita mungkin ada hal bagus di dalam," ujarnya.
HARUN MAHBUB | MARTHA THERTINA
Berita Terkait
Ini Fitur Baru Google, Graphic Knowledge
Universitas Brawijaya Siap Beradu Robot dalam Kompetisi Nasional
Kominfo: Sinyal Ponsel Tak Ganggu Penerbangan
ITB Bikin 4 Robot Baru
Google dan Mozilla 'Serang' Microsoft
Pendiri Apple Hanya Akses Internet dari Ponsel
Ini Yang membuat Aman Berponsel di Atas Pesawat
Bos Baru Yahoo! Levinsohn Sang Negosiator Ulung
Pendiri Apple Tergoda Borong Saham Facebook