Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kinerja Emiten Ban di 2011 Merosot  

image-gnews
Pabrik Ban PT Multistrada Arah Sarana(MASA), Cikarang, Bekasi. TEMPO/Seto Wardhana
Pabrik Ban PT Multistrada Arah Sarana(MASA), Cikarang, Bekasi. TEMPO/Seto Wardhana
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta- Sepanjang tahun lalu, kinerja keuangan sejumlah emiten ban mengalami penurunan. Meski penjualan mobil tahun lalu tinggi, kinerja perusahaan suku cadang ban tidak ikut terangkat.

Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, mengatakan perekonomian dunia yang melambat pada tahun lalu membuat perusahaan-perusahaan yang biasanya melakukan ekspor menjadi terhambat.

"Bisa jadi pertumbuhan ekspor perusahaan-perusahaan itu memang sedang jelek," kata Satrio ketika dihubungi Tempo, Ahad, 1 April 2012.

Pada tahun lalu, penjualan mobil Indonesia mencapai rekor tertinggi sebesar 890.410 unit. Diperkirakan angka penjualan 2012 akan tumbuh mencapai 1 juta unit.

Dikatakan Satrio, penurunan kinerja bisa juga disebabkan oleh kesalahan penghitungan biaya bahan baku atau tingginya beban pokok penjualan. Sehingga menggerus keuntungan perusahaan.

Edwin Sebayang. Kepala Riset MNC Securities, berpendapat tergerusnya pendapatan serta laba bersih perusahaan ban disebabkan masih banyak perusahaan yang menggunakan bahan baku impor. 

Selain itu, nilai tukar dolar Amerika Serikat yang sangat tinggi membuat laba bersih mengalami penurunan yang sangat tinggi. Seperti halnya PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR). 

Laba bersih perusahan pada 2011 turun hingga tiga kali lipat menjadi US$ 2,15 juta dari tahun sebelumnya sebesar US$ 7,41 juta. Penjualan bersih GDYR pun tidak naik signifikan, dari US$ 193,3 juta pada 2010 menjadi US$ 207,3 juta.

Menurutnya, volume penjualan GDYR yang menurun diikuti pula dengan beban pokok penjualan yang juga meningkat. Selain itu, perusahaan itu pun terkena dampak tingginya nilai tukar dollar AS.

Kinerja keuangan PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) juga anjlok. Meski penjualan bersih lebih tinggi 20 persen dibandingkan penjualan 2010 yaitu sebanyak Rp 11,8 triliun, namun tingginya beban penjualan membuat perusahaan harus menerima keuntungan yang lebih kecil sebesar Rp 683,6 miliar dibandingkan 2010 sebesar Rp 830,6 miliar.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Edwin mengatakan, itu disebabkan cicilan utang perusahaan GJTL lebih tinggi sepanjang tahun lalu. Emiten ban lainnya, PT Multistrada Arah Sarana Tbk (MASA) juga mengalami penurunan kinerja keuangan. 

Laba bersih pada tahun lalu sebesar Rp 143,1 miliar, padahal tahun sebelumnya bisa mencapai Rp 176 miliar. Penjualan bersih hanya meningkat tipis dari Rp 2 triliun pada 2010 menjadi Rp 2,86 triliun pada tahun lalu.

Penurunan itu terjadi akibat MASA banyak melakukan ekspansi pada tahun lalu. Pada 2011, MASA memperluas pabriknya untuk meningkatkan kapasitas produksi. "Ini membuat beban penjualan meningkat dan laba pun berkurang."

Pada tahun ini, kinerja emiten suku cadang ban pun diperkirakan tidak jauh beda dibandingkan tahun lalu. Bahkan performa emiten ban itu akan lebih turun. "Permintaan ban dari luar negeri tidak ada perbaikan. Ini akan berdampak untuk Gajah Tunggal misalnya. Karena hampir 100 persen produknya diekspor," kata Edwin.

Untuk mengantisipasi penurunan kinerja itu, perusahaan ban harus mencari wilayah baru untuk menjual produknya. Selain itu, perusahaan juga perlu melakukan lindung nilai (hedging) bahan baku. "Mereka harus siap-siap melakukan hedge terhadap bahan baku bijih karet. Apalagi melihat kecenderungan minyak dunia yang terus menguat," ujar dia.

SUTJI DECILYA

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pekerja Ban Terancam Terkena PHK Massal, Industri Keluhkan Banjir Produk Impor dari Cina

1 Juli 2022

Ilustrasi pabrik ban. Shutterstock
Pekerja Ban Terancam Terkena PHK Massal, Industri Keluhkan Banjir Produk Impor dari Cina

Ketua Umum APBI Aziz Pane menyebutkan industri ban nasional terancam terkena pemutusan hubungan kerja atau PHK besar-besaran. Kenapa?


Ban dan Pelek Buatan Indonesia Diminati di Mesir

16 Juli 2021

Pelek dan ban buatan PT Bangun Sarana Alloys dan PT Prima Alloy Steel Universal, Tbk menguasai 38 persen dan 20 persen pasar di Mesir. Foto: Kementerian Luar Negeri
Ban dan Pelek Buatan Indonesia Diminati di Mesir

Ban dan pelek kendaraan buatan PT Bangun Sarana Alloys dan PT Prima Alloy Steel Universal, Tbk menguasai 38 persen dan 20 persen pasar di Mesir


Bea Masuk Tinggi Pukul Kinerja Ekspor Ban RI

15 Oktober 2017

Pabrik Ban PT Multistrada Arah Sarana(MASA), Cikarang, Bekasi. TEMPO/Seto Wardhana
Bea Masuk Tinggi Pukul Kinerja Ekspor Ban RI

Ekspor ban Indonesia masih terkendala bea masuk (import duty) yang tinggi di beberapa negara tujuan ekspor, seperti Turki, Mesir, India, dan Afrika.


Risiko Meletus, Kenali Kapan Saatnya Ganti Ban Sepeda Motor

6 Oktober 2017

Empat angka kode produksi yang tertera pada ban yang menunjukkan ban telah kadaluarsa. TEMPO/GRANDY AJI
Risiko Meletus, Kenali Kapan Saatnya Ganti Ban Sepeda Motor

Kondisi ban sepeda motor yang tak layak bisa mengakibatkan kecelakaan, seperti pecah ban dan terjatuh saat jalan dalam keadaan licin.


2 Cara Mengetahui Karet Ban Sepeda Motor Telah Kadaluarsa

6 Oktober 2017

Empat angka kode produksi yang tertera pada ban yang menunjukkan ban telah kadaluarsa. TEMPO/GRANDY AJI
2 Cara Mengetahui Karet Ban Sepeda Motor Telah Kadaluarsa

Sekalipun masih dalam keadaan baru atau belum digunakan, ban sepeda motor memiliki masa kadaluarsa sehingga disarankan untuk tidak lagi digunakan.


Dampak Pengetatan Impor, Pengusaha Truk Kekurangan Pasokan Ban

28 Maret 2017

Ilustrasi ban mobil. TEMPO/Tony Hartawan
Dampak Pengetatan Impor, Pengusaha Truk Kekurangan Pasokan Ban

Pembatasan impor membuat truk logistik kekurangan pasokan ban.


Gajah Tunggal Raup Laba Rp 533,57 Miliar pada Semester I  

12 Agustus 2016

Dok: Gajah Tunggal. Tbk
Gajah Tunggal Raup Laba Rp 533,57 Miliar pada Semester I  

Laba yang didistribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 533,57 miliar, sedangkan periode tahun lalu perseroan mencatatkan rugi Rp351,27 miliar.


Hankook Jadi Ban Resmi Toyota Tacoma  

14 Desember 2015

Seorang pekerja menggunakan sepeda di dalam pabrik, untuk memudahkan pekerja berkeliling pabrik. Perusahaan ban Hankook pertama kali didirikan pada tahun 1941. Geumsan, Korea Selatan, 2 Maret 2015. SeongJoon Cho/Getty Images
Hankook Jadi Ban Resmi Toyota Tacoma  

Toyota Tacoma sendiri merupakan truk pikap dengan penjualan terbaik di Amerika Utara.


Kemenperin Bersama Michelin Daur Ulang Ban Bekas

7 Mei 2015

Pekerja mengamati proses produksi industri baja PT Gunung Steel Group di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, 26 Februari 2015. Jumlah industri baja nasional saat ini sebanyak 352 perusahaan tersebar di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. TEMPO/Tony Hartawan
Kemenperin Bersama Michelin Daur Ulang Ban Bekas

Kementerian Perindustrian menggandeng produsen ban asal
Perancis Michelin memanfaatkan ban bekas di Indonesia agar
dapat digunakan untuk pembangunan


Gajah Tunggal Siap Produksi Ban untuk Mobil Hijau

14 Juni 2013

PT Gajah Tunggal Tbk
Gajah Tunggal Siap Produksi Ban untuk Mobil Hijau

Tahun ini Gajah Tunggal menguasai pasar hingga 26 persen untuk ban GT Radial.