TEMPO.CO, Washington - Tensi perdagangan Cina dan Amerika semakin memanas. Kemarin, Kementerian Perdagangan Cina mengumumkan pungutan untuk kendaraan impor asal negeri Abang Sam tersebut dengan alasan telah merusak industri dalam negeri mereka.
"Penyelidikan atas kendaraan asal Amerika membuktikan adanya dumping dan subsidi sehingga merugikan produsen kendaraan domestik secara substansial," demikian pernyataan mereka seperti dikutip Financial Times.
Pungutan anti-dumping dan anti-subsidi tersebut dikenakan pada mobil penumpang multiguna (Multi Purpose Vechicle/ MPV) dan mobil sport serbaguna (Sport Utility Vehicle/ SUV) berkapasitas mesin 2,5 liter ke atas. Bea yang dipungut selama dua tahun ini berkisar antara 2 persen hingga 21,5 persen untuk tiap pabrikan dan importir.
Tak pelak tindakan ini bakal memukul pabrikan-pabrikan besar. Secara langsung, Cina membidik beberapa perusahaan seperti General Motors, Ford Motor, Chrysler, dan Honda cabang Amerika.
Yang sial ialah dua pabrikan Jerman, Mercedes dan BMW. Mereka kena getahnya lantaran kadung menempatkan lini produksi SUV di Amerika. BMW, misalnya, impor varian SUV X3, X5, dan X6, yang dirakit di Spartanburg, South Carolina, bakal dikenai bea anti-dumping 2 persen.
Sedangkan Chrysler dan General Motor bakal kena pungutan masing-masing 15 persen dan 22 persen. "Kami tak akan bergantung pada penjualan di Cina," demikian tanggapan manajemen BMW atas kejadian ini.
General Motor keberatan atas tindakan pemerintah Cina karena mereka telah menggandeng mitra lokal. Selain itu, dalam produksi varian Buick Enclave dan Cadillac SRX, mereka hanya menggunakan kandungan impor 0,5 persen.
Juru bicara kantor Perdagangan Amerika, Andrea Mead, menyesalkan tindakan Cina. "Kami sangat kecewa," ujarnya.
Mead menduga tindakan ini sebagai buntut dari pembatasan impor ban kendaraan yang dilakukan pemerintah Amerika Serikat tahun lalu. Cina yang menantang Amerika dalam panel WTO kalah lantaran sidang memutuskan hambatan impor ban itu memiliki alasan jelas. Saat itulah tensi perdagangan kedua negara memanas.
Sejak 2009, Cina menjadi pasar kendaraan terbesar dunia mengalahkan Amerika Serikat. Tahun ini, penjualan kendaraan Negeri Tirai Bambu itu mencapai 18,06 juta unit, naik 32 persen dibanding tahun lalu.
Kendaraan-kendaraan itu sekitar 80 persen diproduksi pemain lokal ataupun pabrikan asing yang membangun joint venture dengan pengusaha setempat. Hanya mobil-mobil mewah yang kebanyakan masih diimpor.
Sayangnya, industri lokal kini kehilangan gairah lantaran pemerintah menghapus insentif berupa pemotongan pajak untuk kendaraan dengan mesin di bawah 1.500 cc.
FERY FIRMANSYAH